Showing posts with label pelarian. Show all posts

Thursday, November 8, 2012

0

Kala Itu

Posted in , , , , , , ,

Kala Itu

Kala itu, ragaku sedang mencari-cari. Kutatap langit yang tak lagi pekat dan jemariku menari-nari. Secercah harapan yang secerah bunga-bunga api di cakrawala pagi yang tak seindah ini. Sinarnya yang menembus dua mataku, menjelajah dalam setiap pandanganku. Menemukanmu.
Kau menemukanku, tepat disaat aku membutuhkan sosok yang kupercaya mampu menjagaku saat ku terjatuh. Sedalam apapun, katamu kau mau, menjaga janji yang membuatku percaya padamu. Dan cintaku, seutuhnya untukmu.
Dan ku percaya, tak perlu mencari yang sempurna jika yang sederhana lebih bisa membuatku bahagia. Dan ku bahagia, tak perlu mencari bila kau telah temukan aku di sini.

Sunday, October 28, 2012

0

Mewakili Luka Ini

Posted in , , , , , , , , , , , , , , , ,

Salam hangat untuk cintamu,
Berjuta detik lebih, aku berjuang melawan semua waktu, aku bertahan dengan setumpuk lukaku, tanpa adanya satu yang dulu sempat ada disaat hati kecil ini menjerit menyebutkan namanya. Namun sekarang, tak ada lagi yang mendengar suara hati ini, tak ada lagi yang peduli lara ini, dan kau tau? Aku mulai terbiasa dengan semua ini. Menangis sendiri. Menikmati sepi sendiri. Dan mengobati luka ini, sendiri.
Bagaimana dengan duniamu? Mungkin bahagia selalu ada bersamamu, karena kini kau tlah temukan sayapmu. Sedang aku masih terjebak dalam masa lalu dan menunggu seseorang memasangkan sayap yang entah kemana semenjak luka itu ada, mematahkan untuk yang kesekian kalinya.

Monday, October 1, 2012

0

Your Special Thing

Posted in , , , , , , ,
Tentang Jodoh.

Ada beribu pertanyaan yang ingin aku tau jawabannya dalam percakapan panjangku denganMu, Tuhan. Tentang jodoh.
Kenapa sih, Tuhan merahasiakan jodoh pada semua orang? Padahal mereka setengah mati memikirkan siapa jodoh mereka masing-masing. Padahal mereka siang malam berdoa untuk jodohnya nanti, tanpa mereka tau siapa yang dimaksudkan dalam do’anya. Termasuk aku.
Aku kira, aku telah menemukan jodohku. Dan satu-satunya orang yang kusebut dalam setiap perbincanganku denganMu, selalu berkata aku jodohnya. Tuhan ingin tau apa yang dia bilang? Katanya aku harus bilang ke Tuhan, kalau jodohku nantinya itu dia. Dan Tuhan ingin tau? Dia bilang, Tuhan nggak mungkin salah milih jodoh untukku, dan itu adalah dia. Dia lucu kan, Tuhan? Iya, dia jago banget bikin aku ketawa sampai-sampai bingung gimana berhentinya.
Tuhan, kenapa sih semua orang harus menunggu sampai mereka menemukan siapa jodoh yang telah disiapkan Tuhan untuk mereka? Kenapa kita tak bisa nentuin sendiri siapa jodoh kita? Dan kenapa harus ada restu dari orangtua?
Tak sejalan dengan keinginanku.

Tuesday, August 7, 2012

0

Dengarlah, kamu.

Posted in , , , , , , , , , , ,


from google

Tuesday.

Terasakah, walau setitik saja rasa yang dulu pernah tercipta diantara kita? Yang saat ini semakin menghilang walau hati selalu menjerit memintamu kembali menyatukan tulang rusuk yang berantakan semenjak kepergianmu.
Bukan karena Tuhan, bukan karena aku ataupun kamu. Tapi karena mantanmu.
Saat ini memang aku berada di posisi yang tak seharusnya kupijaki. Dilema yang tak terarah membuatku salah mengambil arah. Gundah yang menyentuh bibirku, mengucap kata yang tak sadar telah menyakitimu.
Maafkan aku.
 

Wednesday, July 18, 2012

2

"Kau penantianku, aku pelarianmu"

Posted in , , , , , , , ,

Bagaimana bisa aku jadi bagian dari hidupmu jika kau hanya menyebutku sebuah persinggahan? Bagaimana aku bisa rasakan cinta bila semua kau balas dengan dusta? Bagaimana aku bisa mengenang semua bila kau hanya menjadikan kenangan ini sebuah skenario singkat yang semudah itu kau lupakan? Bagaimana aku mengartikan semua jika dialah yang akhirnya menjadi tujuanmu.
Tak tau, pura-pura tak tau, bahkan tak mau tau. Itu yang selalu jadi jawabanmu.
Kau tak pernah memahami setumpuk perasaan yang setiap detik selalu hadir silih berganti semenjak kepergianmu. Kau takkan pernah mengerti bagaimana rasanya hati ini saat dusta perlahan mematahkan cinta yang kuberi hanya untukmu. Kau takkan mengerti aku.
          Karna yang kau tau, aku hanyalah sebuah hati yang seakan tak bisa merasakan apa-apa. Sebuah hati yang akan diam saat perlahan kau sakiti, yang akan tetap tersenyum saat semua kau akhiri. Karena rasaku tlah mati.