Mewakili Luka Ini
Posted in aku bukan untukmu, aku dan kamu, entah, for you, galau, galau abis, jodoh, Letters to you, lonely, luka, Luka ini, menye, my story, pedih, pelarian, penantian, persinggahan
Salam hangat untuk cintamu,
Berjuta detik
lebih, aku berjuang melawan semua waktu, aku bertahan dengan setumpuk lukaku, tanpa
adanya satu yang dulu sempat ada disaat hati kecil ini menjerit menyebutkan
namanya. Namun sekarang, tak ada lagi yang mendengar suara hati ini, tak ada
lagi yang peduli lara ini, dan kau tau? Aku mulai terbiasa dengan semua ini.
Menangis sendiri. Menikmati sepi sendiri. Dan mengobati luka ini, sendiri.
Bagaimana dengan
duniamu? Mungkin bahagia selalu ada bersamamu, karena kini kau tlah temukan
sayapmu. Sedang aku masih terjebak dalam masa lalu dan menunggu seseorang
memasangkan sayap yang entah kemana semenjak luka itu ada, mematahkan untuk
yang kesekian kalinya.
Bagaimana dengan
dia? Yang kau anggap paling sempurna itu. Kurasa saat ini hanya dia yang bisa
membuatmu mengerti cinta yang tak sempat kau pahami, cinta yang tak harus
memiliki. Dari awal saat kau mengenalnya, yang kemudian perasaan itu merambah
jadi perasaan yang tak asing lagi bagimu. Perasaan yang seharusnya kautujukan
hanya untukku. Perasaan yang seharusnya tak hadir karena kau telah bersamaku.
Dan kau pasti tau, aku akan terluka bila semua itu terjadi di hadapanku.
Sampai saat ini
aku belum paham, mengapa kau setega ini
padaku. Dan Tuhanpun belum menjawab pertanyaanku, mengapa harus aku yang
menanggung semua luka-lukamu. Apa arti janji tak akan mengulang kesalahan yang
sama? Apa arti janji ada untukku selamanya?
Tapi biarlah.
Bukankah ini yang selalu kamu lakukan padaku? Bukankah ini tujuanmu memilihku? Semua
terdengar begitu manis di telingamu. Semua terasa begitu menyenangkan untukmu.
Lukaku, keterpurukanku, dan airmataku, adalah bahagiamu.
Maafkan aku yang
tak bisa sepertimu, yang membiarkan
semua berlalu begitu saja. Tak mudah bagiku untuk bisa menghilang dari semua
ini sedang bayangmu tak pernah enyah dari setiap aku mengedipkan mata. Tak
mudah bagiku untuk bisa lupa, bila sisa cinta yang dulu untukku, masih begitu
melekat di sini. Padahal kusadar, dan akupun merasa bahwa semua hanya ilusiku
semata.
Bukan, bukan aku merindukanmu, bukan aku
menginginkan semua kembali seperti dulu. Aku hanya ingin tersenyum mengenang
semua yang terlalu indah untuk dilupakan. Aku hanya tak ingin ada airmata saat
mengingatnya.
Saat ini memang
kita harus bisa terbiasa. Kau terbiasa bersamanya, dan aku terbiasa tanpamu.
Karena aku yakin, akan ada saatnya seseorang akan melihatku seperti kau melihat
dia. Mencintaiku lebih dari apa yang pernah kau beri. Dan menggenggamku, seolah
tak ingin melepaskanku. Dan bila saat itu tiba, aku akan menjadi orang yang
paling bahagia yang merasakan indahnya dicintai.
Dan kamu, sudahkah
kau melupakanku? Sudahkah kau merasa bahagia dengan lembaran barumu? Bukankah
menyenangkan bila tak ada lagi aku di sampingmu? Bukankah semua menjadi lebih
baik saat aku tak lagi ikut campur dalam duniamu? Inilah arti diriku setelah
kau temukan dia, inilah aku dengan semua yang tak lagi berarti, akan pergi dan
tak pernah kembali.
Karena aku
yakin, kehadirannya akan mengubahmu perlahan. Aku yakin, kehadirannya mampu
menggantikan posisiku, mencintai semua kelemahanmu. Bukan seperti aku, yang
menyerah setelah semua perjuanganku tak lagi berarti apa-apa di matamu. Yang
lelah dengan semua pengabaianmu. Dan yang pergi, saat semua kau akhiri.
Kamu. Ada yang
menanti di sana, menunggumu pergi dari masalalumu. Mencari-cari celah agar bisa
menjadi bagian dari mimpi-mimpimu. Pergilah, kejar apa yang sebenarnya pantas
untuk kau perjuangkan. Dan kumohon, jangan pernah terjadi semua yang pernah
kualami. Karena setelah ini kau pasti akan mengerti.
Dan bahagiamu,
bahagiaku pasti.
Saturday, October 27th, 2012
Mencintaimu dalam diam,
Aku.
0 comments: