Friday, November 2, 2012

0

Separuh Napasku Terhenti

Posted in , , , , , , , , , , , , ,


Aku terlahir hanya sementara. Tak selamanya jemari ini bisa menggenggam. Tak selamanya, hati ini bisa mengungkap rasa. Sempat kutitipkan separuh napas ini di sela-sela kebahagiaan yang bagimu hanya sekilas cuplikan dari skenario kehidupanmu, yang akhirnya bukan bersamaku.

Pernahkah aku memintamu menjaga separuh napas ini agar tetap abadi dalam kisahmu? Pernah aku memaksamu untuk tetap tinggal dan tak melepaskanku?
Ada yang janggal di sini.

Dulu, aku merasa hidupku abu-abu, sampai aku bertemu kamu. Ada perbedaan yang merasuk begitu cepat menembus kedua bola mataku, mengubah duniaku.
Mereka bilang, ada yang hilang. Karena aku, bukanlah aku yang dulu. Namun bagiku, semua terasa indah. Spektrum kehidupanku semakin terlihat jelas, karena ada kamu di sini. Karena ada kamu, di setiap hela napasku.
Aku bahagia kau ada di dunia. Aku bahagia kau ada di setiap aku membuka mata. Namun, tanpa kutau salahku, kau membutakan mataku. Menukar semua cinta dengan luka.
Kesempurnaan lain membuatmu tak lagi menoleh ke arahku. Satu sinar yang berhasil menembus celah hatimu, mengusirku yang telah lama memilikimu.
Bagiku, kehadirannya membuat hidupku kembali kelam. Semakin pekat terlihat. Namun bagimu, ini suatu kebahagiaan.
Kau bahagia, dia terlahir di dunia. Kau bahagia, dengan radarmu mampu menemukannya. Dan kau bahagia, melepas apa yang dulu menjadi bahagia kita.
“Aku hanyalah sebuah jeda dalam napasmu, sementara dia adalah udara yang kau hirup dalam setiap hela.”
Aku salah, mereka benar. Tak seharusnya aku sebodoh ini menanti semua yang tak pasti. Tak seharusnya aku mengubah hidupku, mengubah diriku menjadi seasing ini, hanya untuk bisa jadi apa yang kau minta.
Tapi bagiku ini indah. Aku bahagia mengenalmu. Dengan sadar, menerima luka yang mendewasakanku.
Aku di sini hanya sementara. Hati yang kupercaya mampu menjaga setiap hela napasku, membuangku sia-sia. Meninggalkanku tanpa merasa dosa.
Aku di sini bukan selamanya. Yang kuingin hanya kebahagiaan, bukan luka. Namun yang kucinta, lebih memilih mengajarkanku luka daripada indahnya hidup di dunia.
“Kukemasi rindu dan harap ini. Tak ada ruang untukku dalam kisahmu.”
Tinta ini, mewakili goresan luka dalam hati, meminta satu hal yang kuharap mampu kau tepati.
Yakinkan aku, kau bukan milikku.
Ajarkanku menjadikanmu biasa di mataku.
Aku tau mau lagi, aku tak mau terjatuh di kesalahan yang sama; mencintaimu.

0 comments: