Separuh Napasku Terhenti
Posted in aku bukan untukmu, cerita kita bertiga, Cerpen, cinta, entah, galau, galau abis, jodoh, luka, Luka ini, menye, pedih, penantian, pupus
Aku terlahir
hanya sementara. Tak selamanya jemari ini bisa menggenggam. Tak selamanya, hati
ini bisa mengungkap rasa. Sempat kutitipkan separuh napas ini di sela-sela kebahagiaan
yang bagimu hanya sekilas cuplikan dari skenario kehidupanmu, yang akhirnya bukan
bersamaku.
Pernahkah aku
memintamu menjaga separuh napas ini agar tetap abadi dalam kisahmu? Pernah aku
memaksamu untuk tetap tinggal dan tak melepaskanku?
Ada yang
janggal di sini.
Dulu, aku
merasa hidupku abu-abu, sampai aku bertemu kamu. Ada perbedaan yang merasuk
begitu cepat menembus kedua bola mataku, mengubah duniaku.
Mereka bilang,
ada yang hilang. Karena aku, bukanlah aku yang dulu. Namun bagiku, semua terasa
indah. Spektrum kehidupanku semakin terlihat jelas, karena ada kamu di sini. Karena
ada kamu, di setiap hela napasku.
Aku bahagia kau
ada di dunia. Aku bahagia kau ada di setiap aku membuka mata. Namun, tanpa
kutau salahku, kau membutakan mataku. Menukar semua cinta dengan luka.
Kesempurnaan
lain membuatmu tak lagi menoleh ke arahku. Satu sinar yang berhasil menembus
celah hatimu, mengusirku yang telah lama memilikimu.
Bagiku,
kehadirannya membuat hidupku kembali kelam. Semakin pekat terlihat. Namun
bagimu, ini suatu kebahagiaan.
Kau bahagia,
dia terlahir di dunia. Kau bahagia, dengan radarmu mampu menemukannya. Dan kau
bahagia, melepas apa yang dulu menjadi bahagia kita.
“Aku hanyalah
sebuah jeda dalam napasmu, sementara dia adalah udara yang kau hirup dalam
setiap hela.”
Aku salah,
mereka benar. Tak seharusnya aku sebodoh ini menanti semua yang tak pasti. Tak
seharusnya aku mengubah hidupku, mengubah diriku menjadi seasing ini, hanya
untuk bisa jadi apa yang kau minta.
Tapi bagiku ini
indah. Aku bahagia mengenalmu. Dengan sadar, menerima luka yang mendewasakanku.
Aku di sini
hanya sementara. Hati yang kupercaya mampu menjaga setiap hela napasku,
membuangku sia-sia. Meninggalkanku tanpa merasa dosa.
Aku di sini
bukan selamanya. Yang kuingin hanya kebahagiaan, bukan luka. Namun yang
kucinta, lebih memilih mengajarkanku luka daripada indahnya hidup di dunia.
“Kukemasi rindu
dan harap ini. Tak ada ruang untukku dalam kisahmu.”
Tinta ini,
mewakili goresan luka dalam hati, meminta satu hal yang kuharap mampu kau
tepati.
Yakinkan aku,
kau bukan milikku.
Ajarkanku
menjadikanmu biasa di mataku.
Aku tau mau
lagi, aku tak mau terjatuh di kesalahan yang sama; mencintaimu.
0 comments: