Your Special Thing
Posted in aku bukan untukmu, entah, galau, jodoh, menye, pelarian, penantian, persinggahan
Tentang Jodoh.
Ada beribu pertanyaan yang ingin aku
tau jawabannya dalam percakapan panjangku denganMu, Tuhan. Tentang
jodoh.
Kenapa sih, Tuhan merahasiakan jodoh
pada semua orang? Padahal mereka setengah mati
memikirkan siapa jodoh mereka masing-masing. Padahal mereka siang
malam berdoa untuk jodohnya nanti, tanpa mereka tau siapa yang
dimaksudkan dalam do’anya. Termasuk aku.
Aku kira, aku telah
menemukan jodohku. Dan satu-satunya orang yang kusebut dalam setiap
perbincanganku denganMu, selalu berkata aku jodohnya. Tuhan ingin tau
apa yang dia bilang? Katanya aku harus bilang ke Tuhan, kalau jodohku
nantinya itu dia. Dan Tuhan ingin tau? Dia bilang, Tuhan nggak
mungkin salah milih jodoh untukku, dan itu adalah dia. Dia lucu kan,
Tuhan? Iya, dia jago banget bikin aku ketawa sampai-sampai bingung
gimana berhentinya.
Tuhan, kenapa sih
semua orang harus menunggu sampai mereka menemukan siapa jodoh yang
telah disiapkan Tuhan untuk mereka? Kenapa kita tak bisa nentuin
sendiri siapa jodoh kita? Dan kenapa harus ada restu dari orangtua?
Tak sejalan dengan
keinginanku.
Tuhan, aku selalu merasa
dia jodohku. Tapi aku tak merasa, aku adalah jodohnya. Apa kurang
cukup, hanya dengan bermodal mencintai kekurangan masing-masing bisa
saling berjodoh? Apa kurang cukup, dengan selalu menyebutnya dalam
do’a bisa saling memiliki? Atau aku harus sempurna agar bisa jadi
jodohnya?
Tuhan, untuk mencintainya
saja aku salah. Untuk menginginkan bisa bersamanya saja itu dosa. Dia
bohong berkata aku jodohnya. Dia bohong berkata aku untuknya
selamanya. Dia bohong berkata aku yang terakhir untuknya. Dia tak
mencintaiku, Tuhan.
Apa perjuanganku selama
ini tak terlihat? Apa mereka menganggapku hanya diam dan seolah
merasa yakin dia yang akan jadi jodohku?
Mereka salah
menganggap perjalanan cintaku dengannya tanpa ada masalah. Dan aku
salah menganggapnya milikku seutuhnya. Karena memang aku bukan
jodohnya.
Tuhan, ada yang lain
yang membuatnya merasa bahagia menemukan siapa jodohnya. Ada yang
lain yang membuatku tersingkir dan membawa pergi semua
janji-janjinya. Ada yang lain yang memaksaku mundur dari jodoh yang
dulu sempat aku impi-impikan. Orang itu, bukan aku, Tuhan.
Dia tak pernah salah
mencintainya, dia tak pernah dosa bersamanya, dia tak pernah salah
pernah mengkhianatinya, dan dia yang akhirnya mendapat restu dari
orangtuanya. Bukankah dia jodohnya, Tuhan? Sedang aku?
Bahagianya bukan
bersamaku. Dan cintanya, bukan untuk aku.
Aku hanya
persinggahan. Aku hanya perantara, yang menemani saat dia merasa
sepi. Yang mengobati, saat ada yang menyakiti. Yang menyemangati,
saat tak ada satupun yang peduli. Dan yang mencintai, sebelum semua
ini Kau akhiri.
Aku hanya
persinggahan. Yang merasa selesai dengan tugasku yang mengantarmu
pada satu yang menjadi perbincanganku dengan Tuhan selama ini.
Tentang jodoh. Jodohmu.
Dia, bukan aku.
0 comments: