Backpacker Edition: Trip to Ungaran Mountain
Posted in @atikarahmaa, Air Supply - Goodbye, BBI (Bahagia Berbagi Indonesia), cerita backpacker, Cerpen, Gunung Ungaran, karya Atika Rahma F, UngaranHokya!
Baru bisa nulis ini. Saking padatnya kegiatanku di kampus, waktu luangku tersita begitu banyak. Sedikit-sedikit pasti tugas, kalau nggak ya rapat. Sepulang kuliah, untuk mandi saja mesti harus pikir-pikir, habisnya, sampai di rumah selalu melebihi isya!
Kalau kata Dika, “Inilah mahasiswa.”
Hm, kali ini aku ingin ceritain pengalamanku tanggal 26-27 Mei 2014 lalu. Untuk mengikuti acara ini tentu harus melewati rintangan dulu. Pertama, aku harus mati-matian meminta izin dari Direktur dan Wakil Direktur UKM-ku karena nggak bisa ikuti kegiatan penting di UKM tersebut. Kedua, aku harus meraung-raung memaksa Ayah yang awalnya nggak setuju banget aku ikut acara itu.
Namun akhirnya, ya...
Aku bisa!
TRIP TO UNGARAN MOUNTAIN
Me with BBI Semarang on peak of Ungaran Mountain |
Akhirnya aku bisa bernapas lega! Selama satu jam lebih kami –para relawan Bahagia Berbagi Indonesia (BBI)—bertahan sempit-sempitan di dalam mobil APV silver milik Pak Tono. Udara begitu dingin, sesekali gerimis menyapa kami lewat bening kaca mobil ini.
Pertemuan kami berenam belas awalnya karena pada saat itu ada sebuah tawaran untuk bergabung bersama tim relawan. Alasan mengapa aku mengikutinya adalah, aku ingin merasakan pengalaman baru, merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang sedang tertimpa bencana. Dan kami berenam belas merasakan hal yang sama.
Untuk agenda pertama kami memang melakukan simulasi pendakian gunung, karena dirasa suwaktu-waktu, seorang relawan harus mampu menghadapi segala rintangan yang ada, karena mereka ditantang untuk turut terjun langsung ke tempat kejadian.
Setelah satu jam berlalu, kepalaku terasa berputar-putar. Mobil ini diisi oleh sepuluh wanita dan satu laki-laki—Pak Tono. Empat orang lainnya menaiki motor. Sampai di Jimbaran, kami berhenti sejenak untuk menunaikan salat maghrib sekaligus isya, sembari menunggu nasi bungkusnya jadi.
Rasanya sangat dingin. Dingin-dingin empuk. Udaranya hampir sama seperti saat aku ke Bromo waktu itu. Waktu itu... Ya, waktu itu...
Ternyata salat mampu menjadi obat untuk sakit kepalaku. Rasanya mendingan. Pukul tujuh lebih, kami kembali melanjutkan perjalanan dari Jimbaran menuju ke arah Umbul Sidomukti. Tempat wisata dengan keajaiban yang luar biasa. Diaroma yang menakjubkan, gemercik air yang menggelitik telinga, pemandangan yang menyegarkan mata, ah—sebagai orang Semarang, aku merasa malu karena ini untuk pertama kalinya aku melewatinya.
Ketika kami mendongak, melihat ke arah kaca, betapa menakjubkannya, kami seperti melihat kilauan berlian yang tersebar merata di penjuru kota itu. Sparkleing. Shine bright like a diamond in the dark. Belum pernah aku melihat berlian sebanyak itu, walau ketika di-zoom-in¸ itu hanyalah pijaran lampu neon atau bohlam saja.
Udara sudah sangat dingin. Jalanan sudah tertutup kabut. Kami sudah berkumpul dengan pengendara motor—empat pria—itu. Dan kami akan melanjutkan sedikit perjalanan lagi ke arah posko peristirahatan. Kalau nggak salah namanya Cendana, eh Cendini, alah lupalah.
Nggak kayak bayanganku, ternyata tempat itu sangat ramai. Bahkan jika dihitung-hitung, orang-orang di sana melebihi lima puluh orang dari kalangan manapun. Belum lagi mereka yang sudah melakukan pendakian, atau yang baru saja datang.
Di malam yang dingin seperti itu, ada tukang bakso. Apa yang bisa kumanfaatkan darinya? Haha, ya, baksonya sangat nikmat!
Beristirahat sembari makan malam di posko. Kami melakukan perkenalan sebelum mendaki. Saling bercengkerama dan tertawa sana-sini. Sialnya, mengapa susah sekali mencari sinyal. Eh tapi, buat apa? Memangnya ada yang sms kamu? Mention kamu? Palingan juga notes alarm: Tika, jangan lupa makan, ya.
Setelah semua selesai, kami segera packing, menyiapkan senter dan segala kehangatan yang ada. Baiklah, jangan lupa berdoa. Pak Tono yang memimpin doa dan melanjutkan memberi rute dan rule untuk perjalanan malam ini. Sebelumnya, kami telah kedatangan satu orang yang akan menjadi pemandu perjalanan kami.
Baiklah, let’s do it!
Ini dulu, ya...
Ada kelanjutannya, kok. Maklum, dikejar deadline jadinya ya begini.
to be continued.... 2
0 comments: