Friday, November 20, 2015

1

Air Mata Surga: Karena Pernikahan Memang bukan Sekadar Tentang Cinta

Posted in , , , , , , , , , , , , , , ,
Karena aku wanita, aku sanggup menghadapinya

Tahukah kau istriku..
Bahwa setiap hubungan suami istri yang halal itu
Adalah sedekah yang dapat mendatangkan pahala?
Tahukah kau bahwa hanya dengan merengkuh tangan istri
Maka berguguranlah dari jari jemari dosa dosa? 

Kita selalu berusaha mengatakan seberapa besar cinta kita
Sayangnya akhir-akhir ini kita kehilangan kata-kata
Namun aku yakin Tuhan pasti akan menunjukkannya
Tanpa perlu kita bersuara 

Aku ingin tidak ada jarak memisahkan kita
Seperti urat dan nadi, seperti jantung dan nafas 

Karena aku wanita,
Aku sanggup menghadapinya 

Kau pernah tanyakan padaku, seberapa besar cintaku padamu
Dan ku tak pernah menjawabnya
Karena ku yakin bahkan
Tuhan pun tahu
Sehingga kau akan melihat buktinya
Dari air mataNya





Kata Bijak Film Air Mata Surga
poster film Air Mata Surga

Daftar film kedua (bergenre religi) yang aku tonton setelah Surga yang Tak Dirindukan. Film ini diadaptasi dari novel Air Mata Tuhan yang pernah aku baca (judulnya doang) karangan Aguk Irawan.
Tentang ketangguhan seorang wanita dalam menghadapi keteguhan hati dan cintanya.

Menilik kontroversi yang pernah dialami oleh cover film SYTD, cover ini lebih terasa hangat dengan gambar Dewi Sandra yang  sedang tersenyum lengkap dengan judul dan tag-nya yang berbunyi, "Karena aku wanita, aku sanggup menghadapinya".

Bersetting di kota adem, Jogja, Fisha (Dewi Sandra) yang masih sibuk mengurus proposal thesis pascasarjana di salah satu kampus di kota itu. Setelah konsultasi dengan dosen-dosen yang ada dalam ruangannya, Fisha disarankan untuk menghubungi kontak yang akan dijadikan sebagai dosen pembimbingnya.

Hamzah (Morgan Oey) yang menjadi sahabatnya, yang sudah sampai Kakak-Adekan (duh) turut membantu proses pencarian dosen pembimbing untuk proposal thesis tentang perancangan kursi goyang untuk bumil ini. Namun, pada saat dihubungi, ternyata Fisha harus bisa menemui calon dosen pembimbing tersebut ke Jakarta pada hari esok paginya.

Jujur saja, aku lebih suka dengan Morgan Oey yang berakting di film genre religi seperti ini daripada harus bergoyang tak jelas di panggung :p Ya, meskipun hal yang dilakoninya ini berlainan dengan kepercayaan yang dianutnya.

Merasa sangat mendesak, ia keburu pamit menuju Jakarta diantar Hamzah sampai ke stasiun. Di sanalah persahabatan mereka dipertanyakan kembali, lewat perkataan Hamzah yang menjurus pada hubungan yang diungkapkan melalui sebuah candaan. Kata orang, hubungan mereka sudah sejauh mana. Fisha hanya menjawab dengan tawa dan seolah semua memang hanya candaan.

Pendidikan memang sangat penting baginya, apalagi soal thesisnya yang satu ini. Awalnya aku memang agak kurang sreg dengan gestur Dewi Sandra yang memerankan sosok Fisha sebagai calon Doktor. Mungkin bisa dibilang terlalu fanatik, eh, terlalu bersemangat apa, ya? Maksudnya, bila disandingkan dengan Laudya Chintya Bella di film sebelumnya, akan lebih sesuai dengan umur, kali, ya. Hehe, peace Kak, ada alasannya kok nanti di bawah.

Setelah sampai di Jakarta, ia dihadapkan pada satu perusahaan tempat calon dosen pembimbingnya itu tinggal. Merasa berada di ruang penuh artistik, ia tertegun hingga tak sadar ia sedang berbicara dengan yang tidak dikiranya dosen pembimbingnya itu.

Namanya Fikri (Richard Kevin), Doktor pakar desain, juga lulusan Maha Santri di Jakarta. Ada yang berbeda pula pada diri Fikri ketika melihat Fisha. Termasuk ketika bicara mengenai mengapa ruangan di dalam itu dibiarkan hampa tanpa perabotan. Fikri menjawab, tiba-tiba saja ia memiliki ide setelah ia bertemu Fisha.

Kebimbangan muncul ketika kepulangannya menuju Jogja. Fisha mendapat surat dari Fikri, dosen pembimbing yang ditemuinya beberapa hari lalu, yang menyatakan kekagumannya dan keinginannya untuk bertemu di kota itu. Di lain sisi, Hamzah, teman sejak kecilnya, menyatakan cintanya melalui sepucuk surat dan mengatakan ia ingin bersama dengan Fisha melebihi seorang sahabat.

Mengetahui ada yang berbeda dengan Fisha, Hamzah tak percaya. "Ada apa dengan kamu, Fisha? Apa yang tidak aku tahu dari kamu?"

Dengan bimbang, Fisha hanya menjawab, "Yang benar, apa yang terjadi dengan kamu?! Kita berteman sejak kecil, dan aku hanya menganggapmu sebagai Mas Hamzah. Aku tidak ingin hanya karena surat ini, persahabatan kita jadi hilang."

Kedatangan Fikri bukan sekedar tentang bimbingannya saja, lho. Tapi ia langsung menghadap pada ibu Fisha. Ia melamarnya! Ada beberapa alasan yang harus Ibu Fisha dengar mengapa Fikri berniat untuk melamar Fisha. Sahabatnya,Weni, sangat setuju Fisha bersama dengan Fikri daripada hanya sekedar teman lamanya itu.

Berceritalah ia tentang sebuah ranting. (I wish It's not a spoil)

Dan Fisha-lah ranting terbaik Fikri.

Di sini aku sudah mulai bisa menyimpulkan. Memang, cinta itu tidak selalu bisa diukur melalui seberapa lama seseorang tinggal bersama sosok itu, atau seberapa baik perlakuannya selama ia mengenal sosok itu, namun ini tentang keberanian berkomitmen untuk hidup bersama.

Dan dalam Islam memang sangat diwajibkan dua orang yang berbeda gender, saling merasa cocok satu sama lain, untuk segera menikah tanpa dilalui proses yang sering disebut 'pacaran'. Pendekatan itu dinamakan Taaruf (proses mengenal-red).

Jadi kagum dengan keberanian Fikri dalam menyatakan keinginannya untuk merengkuh hidup lebih lama bersama Fisha. Aaaa I wish Allah save the other one for me!

Setelah menikah, memang prahara yang dilaluinya lebih rumit. Karena memang pada awalnya, Fikri sudah dijodohkan dengan wanita lain (anak dari teman lamanya), keluarga Fisha juga tak jelas bibit, bebet, bobotnya di mata ibu Fikri.

Memang patut dijadikan suami idamanlah, meski begitu bersikeras keingin ibunya yang ingin menjodohkannya dengan wanita yang tak dicintainya itu. Ia lebih mendapatkan yang adem (berhijab-red) yang meskipun sudah seperti langit dan bumi status yang dimiliki (kata ibunya, sih) tapi ketangguhan dan kecantikan hatinya yang mampu memikat hati Fikri.

Sepertinya, kalian harus nonton sendiri, nih, takut Spoil mulu. (Bilang aja capek nulisnya)

Intinya, semua perhara semakin mengarah pada puncak konflik ketika Fisha mengalami keguguran saat kehamilan pertama. 

Ibu Fikri sempat tak sudi dipanggil Mama lagi oleh Fisha karena kejadian tersebut. Karena bagi keluarga Fikri, keturunan adalah hal yang sangat wajib dimiliki oleh sosok istri bagi anak lelaki satu-satunya di keluarga itu.

Hingga tak ada kata menyerah keluar dari mulut Fisha yang berusaha untuk selalu menjaga rumah tangga mereka, karena Fikri yang terlalu baik dan ia yang terlalu cinta dengan suaminya itu, ia memiliki satu jalan yang melibatkan satu hati dan tiga hatipun retak seketika (dalam cinta yang sejati).

Di sini saya baru tahu mengapa sikap Dewi Sandra begitu fanatik di awal sebelum lulus pascasarjana, karena setelah saya tilik, wataknya setelah menjadi sosok istri sangat cocok karena sikap keibuannya muncul. Karena sikapnya yang tangguh dan mampu menghadapi cobaan, ketika mendapat cobaan seberat apapun, aku akan selalu teringat wajahnya yang selalu berseri, fanatik seperti dahulu. Jadi ketika ia tak tersenyum sedikitpun, membuat Fikri (juga penonton) menjadi rindu.

Menangis melihat film ini? Iya, tapi tak se-termehek-mehek ketika melihat SYTD. Aku menangis ketika ia sudah tak dianggap sebagai menantu lagi oleh Ibu Fikri karena merasa anak lelakinya itu tidak pantas mendapat istri yang tak bisa membuat bahagia Fikri juga keluarga dengan memberikan keturunan.

Ratingnya, 3,5/5

Hubungannya dengan Hamzah kurang dipertegas kali, ya. Entah apakah perasaan Hamzah benar-benar sudah hilang atau tidak? Dan mengapa ia tak lantas terlihat di saat-saat terakhir film?

Dalam Islam, wanita yang sholehah (yang dalam Alquran diwajibkan untuk merentangkan khimar hingga menutupi dadanya) juga seharusnya tidak diperbolehkan untuk bersentuhan dengan yang bukan muhrimnya. Ehehe, malah jadi dakwah gini. Eh, tapi ini bener, lho.

Tidak dilarang memang menikahi lebih dari satu istri, melainkan apabila sanggup berbuat adil bagi kesemuanya.


Sudah, ah. Jangan lupa saksikan filmnya di bioskop kesayangan Anda, ya!

1 comment: