Thursday, September 3, 2015

0

Film Surga Yang Tak Dirindukan Sukses Tampung Airmata!

Posted in , , , , , , , , , , , ,

Surga yang Tak Dirindukan

by Asma Nadia


Surga yang Tak Dirindukan
Apa artinya rumah jika tak lagi menjadi pelabuhan yang ramah bagi hati seorang suami? Apa jadinya surga jika ia tak lagi dirindukan? Benarkah dongeng seorang perempuan harus mati agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan? 

Ah. Surga yang retak-retak.Peristiwa tragis dan e-mail aneh dari gadis bernama Bulan.

Pertanyaan yang terus mendera: “Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak cukup membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?"

Sementara seseorang berjuang melawan Tuhan, waktu dengan sabar menyusun keping-keping puzzle kehidupan yang terserak, lewat skenario yang rumit namun menakjubkan.




Karya Asma Nadia kembali menjadi sorotan dengan ditayangkannya novel Surga Yang Tak Dirindukan ke layar lebar. Film besutan MD Picture yang disutradarai oleh Manoj Punjabi ini sukses mendapat respon postif dari penontonnya. Bagaimana tidak, Manoj Punjabi pernah sukses dengan film Ayat-ayat Cinta (2008) serta Habibie dan Ainun (2012)-nya, kini bangkit dengan cerita yang tak kalah kompleks yang menceritakan tentang biduk rumah tangga yang disertai dengan asam-manisnya.

Sinopsis:

Sama-sama religiusnya dengan Assalamualaikum, Beijing!, film ini lebih mengisahkan mengenai konflik yang ada di dalam rumah tangga. Berawal pada saat Pras (Fedi Nuril) bersama kedua temannya melakukan survei untuk proyek arsiteknya sebagai mahasiswa akhir. Dalam perjalanan mereka, terutama Pras, menyadari ada seorang anak kecil yang terjatuh dari sepeda. Kemudian, tanpa memedulikan perkataan temannya untuk segera melanjutkan perjalanan surveinya, Pras justru ingin membawa anak kecil itu ke sebuah masjid yang dijadikan pendopo, atau rumah pintar atau apalah itu, yang pasti tempatnya Arini (Laudya Chintya Bella) mendongeng untuk anak-anak.

Bukannya melanjutkan perjalanan, Pras malah kecantol dengan kecantikan luar dalam dari Arini. Kedua temannya yang mempunyai perbedaan pendapat menjadi serba kesal sendiri. Yang satu pengin cepat pergi, yang satu pengin Pras nikahi saja Arini.

Percakapan yang lucu, nih.

"Mas, mau wudhu?"
Pras terkejut, "Oh iya!" Kemudian bangkit berdiri, menuju tempat wudhu.
"Mas mau jadi imam?"
Pras kaget lagi, "Ha, secepat itu?"

Well, kalau aku jadi Arini, aku akan bilang ya, dan lamaran pun tiba. Ini judulnya ceweknya dong yang ngelamar?

"Jadi, kamu serius dengan laki-laki asal Solo itu? Apa kamu yakin dia akan jadi imam yang baik?" kata Bapak.

"Siapa yang bisa menjamin seseorang itu baik atau tidak kalau bukan kita yang mempercayainya, Pak?"

"Lalu, kamu percaya sama dia?"

"Atas ridho dan izin Bapak."

Seperti idaman setiap pasangan suami istri, pastinya ingin kehidupan rumah tangganya sakinah mawadah warrahmah, dan Arini mendapatkannya bersama Pras dan buah hatinya, Nadia, yang sudah berusia 5 tahun kala itu. Sangat bahagia memang, sampai kebahagiaan itu dirasa tak akan terpisahkan oleh suatu apaapun kecuali maut.

Sampai ketika Pras bertemu dengan wanita yang hampir saja menabraknya ketika sedang perjalanan dinasnya. Mobil wanita mabuk dan sedikit stres itu kemudian ditemuinya sudah terjatuh ke dalam tebing dengan asap yang mengepul. Pras membawanya menuju rumah sakit dan terkejutnya ia ketika mendapat informasi dari suster yang mengatakan bayinya lahir dengan selamat dan Pras sebagai suami haruslah memberi nama sebagai kelengkapan administrasi. Ia juga memberikan ponsel milik Meirose (Raline Shah) yang ditemukan tak jauh darinya.

Kaget bukan kepalang dan tanpa berucap satu katapun, Pras segera meraih ponsel tersebut. Sebuah video yang mengisahkan masa-masa suram Meirose, hingga menjadikan alasan yang kuat baginya mengapa ia menyetir dengan airmata dan gaun pernikahan yang sudah lusuh karena airmata dan luka, serta bayi yang kini telah lahir dan yang harus segera Pras namai.

AKBAR MUHAMMAD.

"Kamu harus kuat!" bisiknya, mengingat ia harus menjadi laki-laki yang tangguh dan bukan seperti masa kecilnya.

Konflik dimulai ketika keadaan rumah sakit diributkan dengan hilangnya Meirose. Sampai Pras menemukannya sedang mencoba bunuh diri dengan melompat dari lantai paling atas dari rumah sakit tersebut.

Memang benar apa yang dikatakan Arini pada ibunya,

"Apa menolong orang harus dengan cara menikahinya?"

Ibu Arini mendapati biduk rumah tangga yang sama dengan keadaan Arini saat ini. Namun yang lebih menyedihkan, saat ini ia harus kehilangannya selamanya, karena suaminya, Ayah Arini meninggal karena penyakitnya. Dan hal itu baru diketahuinya ketika ada seorang wanita yang kemudian menangis di depan jenazah seperti anak sendiri.

"Bapakmu itu sudah berlaku adil, Arini. Saat itu Ibu memang sedih, tapi Ibu tidak ingin kamu juga menjadi korban alasan bapak sama ibu pisah. Ibu tidak tahu, apa jadinya bila waktu itu Ibu memilih pilihan yang satunya."
"Apakah perempuan diciptakan hanya untuk bersabar dan ikhlas? Mengapa perempuan yang terus berkorban dan membiarkan hatinya terluka?"

Pras berjanji menikahi Meirose karena tak ingin menyaksikan bersikukuhnya wanita itu untuk tetap bunuh diri karena merasa tak pernah ada lelaki yang begitu peduli dan bertanggung jawab dengannya.
Akibat yang ditanggungnya, Pras harus pintar-pintar menyembunyikan rahasia itu pada Arini dan berusaha mengimbangi Meirose demi Akbar. Dan parahnya, teman-temannya diminta untuk tak menceritakan pada Arini sampai ia sendiri yang mampu menjelaskannya.

Fyi, Meirose ini awalnya memang beragama non-Islam, namun setelah menikah dengan Pras, ia langsung menjadi muallaf. Yang romantis selanjutnya, ketika Pras memberinya hadiah sebuah jilbab. Namun Meirose bertanya-tanya untuk apa ia memakainya. Jawaban Pras benar-benar menggambarkan pria sholeh idaman! :p

Belum lagi Pras menjelaskan keadaan yang sebenarnya, Arini terlebih dulu mengetahuinya. Dan ini adalah puncak konflik dari film mengharukan ini. Bagi yang belum menontonnya, kalian akan lebih merasakan haru biru dengan melihatnya daripada menikmati spoiler-ku yang belum matang ini. Hehehe. Hanya saja, aku ingin berbagi quote menarik yang aku dapat setelah melihat film itu.


"Satu hal yang harus kamu tahu, kamu sudah berhasil menghancurkan dongeng saya hanya untuk menghidupkan dongeng kamu!" - Arini
"Kalau saja aku mengenal-Mu lebih dulu Ya Allah, aku tidak akan membangun kebahagiaan di atas airmata perempuan lain." - Meirose. 
"Surga yang Mas Amran gambarkan begitu indah. Tapi maaf, bukan surga itu yang saya rindukan." - Arini
"Hari ini, kuakhiri dongengku dengan kesedihan, agar dongeng wanita lain berakhir dengan kebahagiaan." - Meirose



RESENSI:


Dari covernya, awalnya mendapat olokan dari masyarakat karena dinilai tak menerapkan syariat Islam. Namun cover yang sekarang semakin tajam dan feelnya kena.

Akting dari masing-masing tokoh sudah tak diragukan lagi. Bella yang sebelumnya juga berperan di Assalamualaikum Beijing! memberi kesan mendalam bagi penontonnya. Caranya menyampaikan pesan cepat sampai di relung hati para wanita-khususnya. Fedi Nuril pun tak kalah hebat. Setelah sukses memerankan Fahri di film Ayat-ayat Cinta yang kisahnya juga tentang Poligami (Enak sekali pria ini, sekaligus kasihan karena poligami didasari rasa khawatir pada istri pertamanya. Serba salah, Fed?). Raline, bintang 5 CM ini tentunya patut diacungi jempol. Parasnya yang cantik juga cara bertutur katanya yang juga apik benar-benar menjiwai sosok Meirose yang begitu keras. Ketiganya ini adalah penghidup cerita, menjadikan film menjadi sangat berbobot.

Alur cerita. Jujur, aku selalu suka dengan karya Asma Nadia. Terdapat begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik. Dari film ini, aku menjadi tahu arti keikhlasan. Berbicara mengenai alur dan cerita, aku suka. Namun kukira hanya ada di film ini saja ya, yang menolong orang dengan cara menikahinya karena takut orang tersebut bunuh diri? Benar kata Arini, apa harus dengan cara menikahinya? Well, apapun alasannya, itulah yang menjadi bittersweet pada kisah ini. Pemicu konfliknya ya, itu!

Pesan yang disampaikan. Selain biduk rumah tangga, agama yang kental, Asma Nadia juga mengenalkan budaya dari dongeng yang menjadi hobi Arini sejak sebelum mengenal Pras. Secara tak langsung menyiratkan pesan-pesan tersebut, tentunya akan mudah diingat oleh masyarakat, dan semoga dapat langsung diterapkan oleh mereka.

Latar dan waktu. Yogyakarta, selalu mejadi kota istimewa. Good job! Setting rumah Paris Yogyakarta yang begitu menakjubkan. Benar-benar rumah idaman! Seperti rumah di film Up!

Over all, 4,7 bintang!

0,3 nya untuk ending yang tak bertuan. Apakah ada kelanjutan dari kisah Meirose, atau Akbar yang akan tumbuh dewasa? Bagaimana status pernikahan Pras dan Meirose, tetap bersama atau pisah selamanya? Lalu teman-temannya Pras? Ah, aku ingin tahu semuanya!

Thank you, Asma Nadia, can't wait to see your next spectacular story! :)

0 comments: