Sunday, August 17, 2014

0

Indonesia di Ulang Tahunnya ke-69

Posted in , , , , , , , , ,

MENGENANG PROKLAMASI TAHUN 1945

Latar Belakang


Enam puluh sembilan tahun yang lalu, ketika sebuah pemikiran datang dari para tokoh kemerdekaan setelah suatu berita beredar menyebutkan bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu karena dua kota (Hiroshima dan Nagasaki) telah dijatuhi bom oleh sekutu. Jepang pernah bekerjasama dengan Indonesia, memberikan embel-embel hadiah berupa kemerdekaan yang akan dilaksanakan pada 24 Agustus 1945, dengan segala persiapan mendirikan suatu panitia persiapan kemerdekaan yang disebut Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai ganti dari Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), dengan alasan memperjelas tujuan dari kemerdekaan itu sendiri.
Jika bukan karena desakan golongan muda yang kala itu dipimpin oleh Sutan Syahrir, yang sudah terlebih dulu mendengar kekalahan Jepang atas Sekutu, untuk segera memproklamasikan kemerdekaan dan bukan atas hadiah dari Jepang, mungkin kemerdekaan Indonesia tidak akan terjadi pada tanggal 17 Agustus. Namun pada saat itu, Soekarno-Hatta berdalih bahwa Syahrir tidak berhak untuk mengusulkannya karena itu sudah menjadi tugas dari PPKI. Syahrir tetap ingin meyakinkan bahwa PPKI hanyalah buatan Jepang, dan Jepang saat itut telah tunduk pada Sekutu dan berjanji mengembalikan Indonesia pada Sekutu. Hal itu yang membuat Syahrir dengan berani mengusulkan bahwa Indonesia bisa merdeka dengan tangan sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri, bukan dengan bantuan Jepang!

Hal itu memaksa golongan muda untuk "mengamankan" Soekarno-Hatta (bersama Fatmawati dan Guntur-putra sulungnya) agar mereka tidak terpengaruh lagi dengan semua embel-embel yang diberikan Jepang. Mereka tetap yakin dan optimis terhadap keputusannya. Kemudian, peristiwa yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 tersebut dinamakan Peristiwa Rengasdengklok. Para pemuda berapi-api ingin melawan  kehendak Jepang dan dengan cepat memerdekakan negaranya. Namun, lewat Ahmad Soebarjo, para pemuda berhasil diyakinkan bahwa mereka tidak perlu terburu-buru.

Alih-alih mencipta strategi, tokoh-tokoh Indonesia melaksanakan rapat pada malam itu setelah pukul 10 malam di kediaman Laksamana Muda Maeda. Soekarno-Hatta telah kembali di Jakarta dan malam harinya memutuskan untuk bertemu dengan Jend. Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda untuk menegaskan hal ihwal mengenai kemerdekaan yang telah dijanjikan Jepang. Namun hanya kekecewaan yang didapatkan, karena Nishimura mengatakan bahwa Jepang harus mematuhi perintah Tokyo untuk menjaga status quo yang berarti tidak dapat memberi izin bahwa proklamasi di Indonesia harus segera dilaksanakan. Hal itu membuat Soekarno marah, dan menyindir Nishimura, "Apakah itu sikap seorang perwira yang memiliki semangat Bushido?" Bushido: kode etik kekesatriaan golongan samurai pada feodalisme Jepang. 
Kira-kira seperti ini...


Yes, I'm Bushido. Hell-o
picture from Google

Soekarno-Hatta akhirnya menegaskan kepadanya bahwa jangan lagi Jepang menghalang-halangi apa yang menjadi tugas dari PPKI lewat tangan Indonesia sendiri. Setelah perdebatan panas itu, Laksamana Muda Maeda diam-diam meninggalkan ruangannya atas perintah Nishimura agar ia mematuhi perintah Tokyo. Selepas dari kediaman Nishimura, Soekarno-Hatta diiringi Myoshi kembali menuju kediaman Laksamana Muda Maeda untuk merumuskan teks proklamasi. Perumusan teks proklamasi dilaksanakan oleh Soekarno-Hatta bersama Achmad Soebarjo, disaksikan Soekarni, B.M. Diah, Soediro, dan Sayuti Melik. Dalam teks terdapat kalimat "pemindahan kekuasaan" yang kemudian oleh Nishijima seolah-olah mengusulkan agar yang dimaksud pemindahan kekuasan adalah kekuasaan administratif. Namun dengan tegas, Soekarno menyatakan bahwa pemindahan kekuasaan adalah "transfer of power". Dari golongan Soekarno tak ada yang membenarkan klaim Nishijima. Nb: Semoga bisa membayangkan bagaimana paras tampan Soekarno dengan mata tegasnya mengatakan hal ini kepada Nishijima yang kemudian diam tak berkutik.

Turansuferi ofu powero, pahamo desuka?!
Sumber: renaldy-cyber4rt.blogspot.com

Setelah konsep disepakati, Sayuti Melik menyalin dan mengetik teks-nya di kantor AL Jerman, milik Mayor Dr. Hermann Kandeler. Awalnya, rencana proklamasi akan diadakan di Lapangan Ikada, namun karena alasan keamanan maka dipindah pada kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (Sekarang Jalan Proklamasi No.1).

teks proklamasi yang ditulis oleh Soekarno
Sumber: Wikipedia

teks proklamasi yang diketik Sayuti Melik
Sumber: Wikipedia

Detik-detik Proklamasi


Setelah teks sudah dalam keadaan rapi dan diiketik oleh Sayuti Melik, Sukarni mengusulkan agar Soekarno-Hatta yang membubuhkan tanda-tangan atas nama bangsa Indonesia. Mungkin, detik-detik proklamasi bangsa Indonesia tidak berarti apa-apa dibanding dengan bangsa lain, ditinjau dari kesederhanaannya. Namun, semua tak ternilai harganya di mata bangsa Indonesia, bahwa semuanya atas kerja keras sendiri dan tanpa bantuan negara lain. Angkat topi untuk Negara kita tercinta!

Hal-hal yang tak terduga terjadi detik-detik menjelang proklamasi

Pada saat itu, Soekarno sedang sakit (terserang gejala penyakit malaria tertiana), sehingga ia harus beristirahat dan meminum obat. Pada saat itu, Fatmawati yang menjadi istrinya, telah selesai menjahit sang pusaka untuk upacara kemerdekaan nanti, turut merawat dan menjaga agar Soekarno mampu untuk melaksanakan proklamasi pagi itu juga. Sudah tahu, dari bahan apa bendera merah putih itu dibuat? Warna putih dari seprai dan warna merah dari kain tukan soto. How amazing!

Pukul 09.00 Soekarno terbangun dan dengan segera memakai seragam putih-putih dan menemui Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan negara Indonesia. Setelah semua berkumpul, semua bersaksi, tibalah saatnya Soekarno beraksi. Are you ready to ROCK for Independent?


Pidato Proklamasi Bung Karnopicture from Google

Suara pidato Bung Karno


Upacaranya pun dilaksanakan dengan cara sangat sederhana. Dengan tiang bambu yang ditancapkan beberapa menit menjelang upacara, dan katrol sederhana untuk menarik bendera, dilakukan oleh Paskibraka yang dipimpin Kapten Latief Hendraningrat. Lalu secara serempak dinyanyikan lagu "Indonesia Raya."

b1
pengibaran bendera pusaka
Sumber: http://www.traxonsky.com/
DAN AKHIRNJA, INDONESIA DINJATAKEUN MERDEKA PADA 17 AGOESTOES 1945 POEKOEL 10.00 WIB.

MERDEKA! MERDEKA!


69 Tahun kemudian...

DIRGAHAYU INDONESIA KE-69


Mataku masih merah pas Bapak bangunin aku yang lagi enak-enaknya ngorok di ruang tamu. Ah, padahal aku baru tidur beberapa jam aja. Tadi malem aku dibikin nggak bisa tidur sampai jam setengah tiga pagi. Gara-gara acara tirakatan yang diadain di gang rumahku. Terakhir kali aku mengikuti acara begituan, dua tahun lalu. Saat itu, masih khidmat rasanya. Aku bisa merasakan bagaimana perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka, saat menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ibu-ku sebagai dirjen. Tapi, tadi malem aku sengaja nggak ikut. Karena ada urusan penting di rumah. Padahal urusan pentingnya cuma mantengin blog orang. Orangnya aku sendiri pula.

Lamat-lamat, sekitar pukul setengah sembilan aku mendengar suara ibu-ibu yang mendominasi, bernyanyi lagu kebangsaan, sekejap lagu di radio aku kecilkan. Ya, bagaimanapun aku harus bisa menghargai para pejuang walau hanya dengan mendengarkan lagu kebangsaan. Setelah semua selesai. Tibalah saat yang ah, aku nggak tau mau sebut ini apa. Hura-hura? Dugem? Atau apalah.

Aku kaget bukan kepalang pas denger suara Bapak menggelegar keras. Menyanyikan lagu andalannya, "Biarkan bulan bicara sendiri...." begitu kira-kira penggalan liriknya. Oh, my.... bahkan Bapak menyanyinya lebih ekstrem dari tahun-tahun lalu. Oke, aku harus bisa tetap fokus mantengin blog.

Namun tiba-tiba, lagi, suara cempreng yang lain (ibu-ibu) membuatku tersentak. Lemas. Sebel! "Pengin ku smsan, wedi karo bojomuuuuuuuuuu..."

Ah!! Inikah malam tirakatan?

Padahal 69 tahun yang lalu, para pejuang tidak mendengar lagu barang sedikitpun, apalagi menyempatkan menyesap kopi pahit dan secangkir teh yang tak lagi panas, lalu menggelar karpet dan berjoget ria ditemani lagu New Cobra versi zaman peperangan seperti itu. Bahkan Bung Karno sampai sakit memikirkan bagaimana jika Indonesia tidak merdeka? Bagaimana, hah?

Paginya, Bapak udah marah karena adikku lama sekali persiapannya buat berangkat upacara. Padahal kan Bapak juga pasti ada upacara di kantornya. Aku, yang masih meluk guling, langsung bangkit. Mau upacara? Bukan, langsung buka laptop dan ngetik ini sebagai ucapan ulang tahun buat Indonesia-ku.

Dirgahayu Indonesia ke-69
Sumber: univgunungrinjani.ac.id

Apa, sih, gunanya memperingati hari Kemerdekaan Indonesia?
Ya, tak lain karena untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang gugur demi membela tanah air kita sampai mengantarkan ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia, yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Pagi ini, beberapa instansi negara dan civitas sedang menyelenggarakan upacara bendera begitu khidmat. Yang sakral adalah yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pukul 10.00 WIB. Sekolah-sekolah sudah terlebih dulu, yaitu pukul 7 WIB. Dulu, sewaktu masih jadi anak sekolahan, mengikuti upacara kayak gini emang lama banget. Gerah. Panas. Namun apakah semua itu sepadan dengan perjuangan para pahlawan yang berhari-hari bahkan tak tidur nyenyak? Tetes-tetes darah, keringat, dan air mata mengucur seiring semangat yang mereka kobarkan demi Indonesia.

Indonesia mengalami pergerakan yang pesat setelah revolusi. Saat ini, sudah sampai pada pergantian presiden yang ke-7. Semua sudah ditentukan pada tanggal 22 Juli 2014 menurut Undang-undang, dan semua adalah pilihan rakyat sendiri, sebagai bagian dari pemilu yang dilaksanakan tanggal 9 Juli 2014. 

Pemimpin-pemimpin Indonesia
Sumber: arifoadhinoto.wordpress.com

Wajah-wajah para pemimpin kita. Bagiku, memang antara pemimpin satu dengan lainnya tak ada yang bisa menyamai atau tak ada yang memiliki persamaan yang signifikan satu sama lain. Tujuan mereka hanya memimpin bangsa, dan semua yang termaktub dalam Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masing-masing telah memberikan seluruh daya upaya-nya kepada rakyat bangsa Indonesia. Kita yang tak memiliki keberanian dan kerendahan hati bersedia memimpin bangsa seperti yang mereka lakukan, seharusnya dapat menghargai dan menjunjung tinggi jasa-jasanya. Bahkan turut serta berada di belakang jejak langkahnya untuk memajukan bangsa bersama-sama. 

Dengan menundukkan kepala sejenak, lalu menengadahkan kedua telapak tangan, turut mendoakan.

Lalu bagaimana Indonesia lima tahun ke depan yang kini berada di bawah pimpinan Bapak Joko Widodo? Jika Ir. Soekarno saja mampu mewujudkan ekspektasi terbesar bangsa, apakah hal kecil yang menjadi penghambat majunya negara dapat ditepisnya?

Miris, melihat Indonesia dengan wajah barunya?

Pagi ini, aku sudah mendapati beberapa peristiwa menjelang tepat 69 tahun Indonesiaku.

1. Saat berada di pasar. Membeli ikan untuk kucingku. Si penjual tidak sempat mengucapkan ucapan terima kasih pada pembeli. Namun bukan berarti waktu itu aku mengharap balas kasihnya, namun sebagai warga negara yang baik, in every where, every time, every situation, don't forget to give thanks to. Dan aku berterima kasih kepada Allah SWT. untuk anugerah yang Dia berikan hari ini.

2. Saat di depan warung Bu Fitri. Saat itu, aku berdiri di atas motor, kemudian seorang pria sudah agak tua, berjalan setelah memarkirkan motor, berjalan ke arahku. Berkata, "Mbak, di belakang ada motor, lho, ya."
Aku menoleh. Dan benar saja, motornya terparkir rapi. Bersih seperti abis di-laundry. Plat belum terpasang di kedua sisi. Aku tersenyum, "Iya, Pak." Hampir aja aku bilang, "Motor baru nih? Ciye! Baru nih ye, mau pamer nih yeeee...," tapi, siapalah aku ini? Hampir juga nyeplos, "Terus kenapa kalo ada motor di belakang? Nuduh gua, lu? Lu pikir gua nggak bisa kendaliin diri? Lu pikir gua langsung turun motor, terus jungkir balikin tuh motor lu, kalo perlu gue bakar biar lu nangis?" Tapi langsung aku istighfar, sebagai penerus bangsa yang baik, kata-kata itu tak patut dicontoh, ya...

3. Saat sedang berada di perempatan menuju RW 15. Saat itu aku mau belok kanan, tapi ternyata aku melihat suatu adegan yang mengharuskan aku buat jalan lurus, bahkan menutup mata rapat-rapat. Yah, nabrak dong ntar? Pasalnya, di sana ada pemandangan yang syur. Bayangkan, ada dua sejoli --dua anak berseragam putih-biru-- yang satu cowok klimis, yang satu cewek kerudungan. Mereka saling bergandengan tangan! Sepanjang jalan kenangan, mereka selalu bergandeng tangan! Pikiranku langsung menuju ke adik yang baru aja masuk SMP. Ah, bagaimana jadinya kalau dia juga bergandengan seperti itu di tengah jalan raya begitu? Wahai penerus bangsa, remaja kita.....dengarkanlah! Belajarlah yang baik!

4. Pas mau sampe tikungan kompleks rumah. Aku melihat gapura yang masih sama seperti dulu. Kotor. Ah, apa lomba gapura dan foto selfie gapura yang dikoar-koarin bulan lalu nggak sampai di telinga mereka, ya? Apa mereka udah pesimis duluan? Namun bukan itu. Aku hampir saja jantungan waktu masuk ke gapura itu. Di tengah-tengah persis (kalaupun meleset, hanya selisih beberapa senti saja) ada fenomena buruk yang aku lihat. Bayangkan, di sana ada segumpal nasi yang nyaris masih berbentuk wakul, temumplek di sana. Ini, siapa ini? Siapa dalang di balik fenomena ini? Apakah mereka tidak berpikir, bahkan orang-orang di luar sana rela mencari sejumput rezeki demi sesuap nasi? Lalu, ini apakah mencerminkan sikap patriotrisme? Sayang sekali, ya, tidak ada yang pelihara ayam. Pasti tu ayam langsung salto.

5. Buka Twitter, ada yang ngetwit: "Enak lah jaman sekarang. Orang dirgahayu aja 69!"

Baru beberapa jam saja aku udah nemuin suatu kisah yang mengharukan begini.

Ada yang menarik dalam melaksanakan hari Ulang Tahun RI ke-69

1. Pengibaran seribu bendera merah putih di Gunung Merapi, tujuannya untuk mengembalikan citra gunung aktif tersebut pasca meletus beberapa tahun silam.
2. Pengibaran bendera merah putih pada gunung di ketinggian 4000 mdpl lebih di Timika.
3. Pasuruan, pengibaran bendera yang dilakukan oleh gajah. Alasannya, binatang juga bisa merayakan hari kemerdekaan. Fabulous...fabulous....
4. Ada juga yang mengibarkan bendera di permukaan laut. Wohow.
5. Dll, share, dong, apa hal menarik yang kamu lihat mengenai kemerdekaan hari ini... :)

Yang pasti, untuk ke depannya, aku -mewakili rakyat Indonesia- tidak mau jika peristiwa sekecil itu masih terjadi di Indonesia. Aku ingin Indonesia bisa maju. Mandiri. Lebih berdikari. Lalu jika masyarakatnya sendiri tidak mau menyadari kesalahannya dan apapun yang buruk yang terjadi di sekitarnya, bagaimana mungkin Indonesia jauh dari keterbelakangan? Jadi, mandatku kepada Bapak Joko Widodo selaku yang terpilih untuk memimpin lebih dari 70 jiwa ini; Bapak mau, ya, membawa kami pada perubahan yang baik? Jadikan negara ini negara maju. 

Dan tak lupa, bantulah sesama kita di negara seberang sana, yang masih saja merasakan pedih. Berdarah-darah. Kehilangan. Jangan sampai kita bersenang-senang di atas penderitaan yang mereka rasakan. Tomorrow, Palestina will be free!


MAJU INDONESIAKU!
MERDEKA!

Indonesia-ku. Nusantara-ku
Sumber: weerga.com


Saya, Atika, personally, from deep inside my heart mengucapkan dirgahayu yang ke-69 kepada Indonesia-ku tercinta.

0 comments: