Kau Berhak Bahagia
Posted in aku bukan untukmu, Flash Fiction, galau, kau berhak bahagia
Oleh: @atikarahmaa
Aku lelah
bertanya pada takdir, salahkah kita yang mulai terbiasa dengan kebahagiaan lain yang
tercipta saat kita bersama. Salahkah aku bila pada akhirnya kubiarkan kaupergi
meski dalam hati kuragukan; aku akan bisa setegar saat bersamamu...
Inilah kita, yang tak saling memiliki, mencoba hidup
dalam dunia yang akan memberi kita kebahagiaan. Ini duniaku, yang kausebut
dunia kita. Namun nyatanya, kita tak pernah ada. Tak pernah tercipta. Meski kau
memaksa agar kebersamaan ini akan tetap hidup selagi aku masih ada di dekatmu,
masih bisa tertawa bersamamu.
Kau tak pernah tahu, kebersamaan yang kau maksud
adalah ketakutan yang membayangiku setiap waktu. Aku takut, suatu saat rasa ini
akan bermuara pada satu titik yang kusebut itu rindu. Aku takut bila suatu
waktu aku takkan rela melepasmu. Aku takut mencintaimu.
Pernah kutemui gejolak yang perlahan muncul
mematahkan rasa yang sebelumnya tak pernah ada. Aku selalu ingin menganggap
semua kebersamaan ini hanyalah hal biasa yang dilakukan oleh dua orang yang
sedang mencari kebahagiaan. Karena memang setiap manusia berhak untuk mencari
kebahagiaan masing-masing. Namun aku tak pernah berhasil menjadikan segalanya
selalu biasa saja. Takdir yang membuatku merasa kebersamaan itu tak pantas
untuk diteruskan. Takdir yang memaksaku untuk berhenti mencari kebahagiaan.
Walau kebahagiaanku sendiri adalah selalu tertawa bersamamu.
Ada yang perlu kautahu, meski berat kuucap dari
bibir, bahwa seharusnya pertemuan ini tak pernah tercipta bila kebersamaan ini
tak selamanya akan indah. Aku tak akan berujung kepadamu, apakah hal itu yang
pantas disebut kebahagiaan? Iya, kau memang harus tahu, aku mencintamu—yang
sudah tak sendiri lagi.
Lelah. Lelah bila harus menahan rasa yang sekuat
hati kuanggap biasa saja. Senyum yang kauberikan kepadaku tak lebih membuatku
merasa akan selalu mengenangmu. Karena kusadar, denganku memiliki senyum itu
adalah salah besar. Aku tak pernah akan memiliki kebahagiaan dengan bersamamu,
berderai tawa bersamamu, merangkai kisah bersamamu—karena kau dengannya
meyakinkanku bahwa rasa ini memang tak seharusnya ada.
Biarlah. Biar kurasakan segalanya sendiri. Kau tak
perlu tahu bagaimana sakit yang perlahan menghunjam hati. Kau hanya perlu
bahagia—bersamanya—bukan denganku. Biarlah rasa ini melebur dengan sendirinya,
karena kuyakin suatu saat kan kusadari bahwa kebahagiaanku bukanlah bersama
denganmu. Biarlah rasa ini melebur untuk selamanya, agar kutahu bahwa
perpisahan adalah alasan yang tepat agar tak ada lagi rasa sakit bila iatahu
aku begitu mengagumimu.
Biarlah, kan kukenang segalanya sendiri. Karena kau
tak pantas untuk terluka, kau hanya berhak bahagia, mencari kebahagiaan tanpa
ada kita.
Karena kita hanya dua insan yang saling mencari
kebahagiaan, saat dunia mulai mematahkannya. Kita, hanya dua insan yang saling
terluka dan mencoba menyelam pada kebahagiaan yang tercipta di antara kita.
Meski pada akhirnya; kau akan tetap
bersamanya.
Dan aku—terluka karenanya.
Duh, kenapa hari ini main ke blog temen dan pas banget tulisannya mellow semua begini ya :')
ReplyDeleteSemoga ini cuma fiksi ya. Jangan cerita beneran. Soalnya pasti sakit banget rasanya dibegitukan huhuhu
Fiksi nggak ya, hahaha
ReplyDelete