Letters To You
Posted in Letters to you
Dear : “My First, My Last, My Everything”
Aku nggak pernah berfikir ini sebelumnya. Tuhan menitipkan seseorang yang membuatku mengerti apa itu cinta. Tanpa aku mencarinya, cinta itu yang datang padaku. Hidupku berubah semenjak ada dia.
Cinta, cinta itu tentang apa yang aku rasakan ketika bersamamu. Cinta itu, saat kamu yakinkan aku, akulah yang terakhir untukmu.
Cinta itu bukan tentang siapa dirimu sebenarnya, tapi cinta mengajariku untuk bisa menerima semua keadaan yang ada.
Aku nggak lagi merasa kesepian waktu ada kamu di sisiku. Setiap kali rasanya ingin dekat denganmu. Tapi, sikap orangtuaku yang nggak ngijinin aku buat bisa bertemu kamu terus. Kadang aku nggak betah dengan sikap mereka yang selalu mengekangku, sampai aku mencari-cari cara buat kabur dari mereka. Aku nggak peduli seberapa marahnya mereka ke aku :) Bahkan aku rela, marahan sama kakakku berhari-hari cuma buat ketemu kamu :D
Tapi aku juga nggak pernah mikir, rasa ini nggak akan bertahan lama. Aku kira, kita akan selalu bersama. Seperti apa yang kamu katakan, kau akan mencintaiku selamanya.
“As long as you know, I’ll always love you in all my time, and I’ll keep it just my promise.” Itu yang kamu katakan waktu itu. Aku yakin kamu bisa tepati janjimu.
Tapi kenangan 3 tahunmu itu tak akan pernah bisa menyatukan kita. Seseorang yang masih ada di hatimu tak akan mungkin membuatmu mencintaiku sepenuhnya. Aku harus terima keadaan ini, menerimanya hadir lagi di antara kita. Meskipun cinta ini harus terbagi.
Mereka bilang aku bodoh, hanya orang bodoh yang membiarkan orang yang dia cintai pergi dengan orang lain. Aku nggak peduli, mereka bukan hakim kita :)
Aku hanya tak ingin kehilanganmu.
Tau nggak, aku pesen sesuatu buat kamu. Niatnya mau aku kasih waktu anniversary nanti. Tapi, kamu justru udah tinggalin aku, jauh sebelum hari itu. :’)
Tapi aku tetep yakin sama pendirianku. Aku kasih coklat ini, meski kamu bukan siapa-siapaku lagi.
Aku mengerti, nggak mudah melupakan orang yang udah lama ada di hatimu. Dan aku juga ngerti banget, kamu ingin kembali bersama kenanganmu itu, dan pergi dariku. Tapi caramu itu salah. Bukan dengan mencari-cari kesalahanku sekecil apapun itu. Tapi aku bisa apa, kalo emang itu udah jadi maumu.
Kamu bilang ke aku, kamu sayang sama dia. Dia juga bilang ke aku, kalo dia juga sayang banget sama kamu Aku janji, aku bakal perbaiki hubungan kalian berdua. Tapi apa kalian sempet mikir gimana perasaaku waktu itu?
Sampai akhirnya, kalian bersatu lagi, dan tinggalkan aku sendiri.
Cinta yang memaksaku membiarkan seseorang yang aku cintai untuk memilih jalannya sendiri, termasuk merelakannya untuk seseorang yang sangat dia sayangi.
Meski perih rasanya.
Tanpa kamu tau, aku tersiksa menunggu keajaiban yang akan membawamu kembali untukku. Kamu bahagia bersama orang yang kamu cintai, begitu juga dia yang sangat menyayangimu.
Mereka bilang aku harus sabar, aku harus bisa melupakanmu. Aku mencari-cari cara untuk bisa melupakanmu. Aku coba hapus semua kenangan kita. Tapi, untuk bisa ikhlas itu susah! Aku nggak bisa. Bener-bener nggak bisa.
Ingin aku paksakan cinta ini, ingin aku yakinkan dia, aku sangat menyayanginya. Tapi untuk apa? itu sama sekali nggak bisa balikin keadaan kita yang seperti dulu.
“Semua bakal indah pada waktunya”. Iya, emang bener. Aku yakin, kalo kamu emang bener-bener mencintaiku, kamu akan kembali untukku. Biar waktu yang jawab semua ini. Hingga pada akhirnya waktu menjawabnya. Kamu bener-bener kembali untukku. Kamu terluka karna kenanganmu itu, dan sekarang kamu minta aku kembali.
Aku butuh waktu untuk menerimamu lagi. Bukan karena rasa itu udah hampir hilang, tapi aku cuma nggak ingin kesalahan yang sama itu terulang lagi. Janji-janji itu terungkap lagi dari mulutmu, setia menjagaku dan nggak bakal balik lagi ke kenanganmu itu.
Aku memberimu waktu untuk buktikan jika memang cinta itu bener-bener ada.
Dan kamu bener-bener buktiin itu.
:) Waktu terus berjalan, tapi kamu nggak pernah tanyakan lagi gimana perasaanku ke kamu. Aku akan tetap menunggu, demi keyakinan ini.
Di sisi lain, kenanganmu itu masih menghantuimu, seolah-olah nggak ingin kehilangan kamu untuk yang kesekian kalinya. Entah kenapa tiba-tiba aku merasakan apa yang dia rasain. Rasanya sama seperti waktu kamu ninggalin aku dulu.
Tapi, untuk merasa kasihan sama dia itu salah dimatamu. Kamu bilang, ‘buat apa kasihan sama orang yang udah nyakitin aku’.
Suatu saat dia dateng lagi ke kamu, dia nggak terima sama apa yang kamu lakuin, dia bilang kamu penyebab dia dijauhin temannya. Aku bener-bener nggak terima kamu disalah-salahin seperti itu. Rasanya pengen banget ngunci mulutnya.
Tapi disaat aku belain kamu, kamu justru belain dia. Ternyata aku nyalah-nyalahin dia juga itu salah di matamu :’)
Aku nggak tau lagi harus gimana.
Akhir-akhir ini kamu juga berubah. Waktumu buat aku dikit banget. Ujian Nasional bukan alesan kenapa kamu nggak ada waktu buat aku. Aku yakin bukan. Tapi aku juga nggak mau nyalahin kamu. Aku coba sabar, seolah-olah nggak ada apa-apa.
Tapi aku nggak betah dengan keadaan ini. Sampai akhirnya aku putusin buat diem. Tapi kamu menilaiku salah. Aku marah bukan tanpa alasan. Aku punya banyak alasan kenapa aku seperti ini. Aku cuma pengen kamu yang menyadari kesalahanmu sendiri. Tapi kamu nggak pernah sadar itu, seolah-olah ini semua salahku. :’)
Aku cuma takut kamu bakal tinggalin aku lagi. Aku takut di hati kamu ada cinta selain aku. Dan itu memang benar, kan?
Aku yakin banget kamu itu nggak bakal bisa lupain dia ;(
Tapi aku seneng satu hal, kamu bener-bener nepatin janji kamu buat nemenin aku di ulangtahunku yang ke 17. Kamu bener-bener bikin ulangtahunku jadi ulangtahun yang paling special dari yang pernah aku dapetin sebelumnya. Karna ada kamu di sampingku.
Aku nggak bakal lupain semua ini.
Roti pertama, untuk orang yang paling aku sayang, itu kata temenku. Tapi aku lihat kamu sibuk sama hapemu. Aku tau :’)
Mungkin ini pertemuan terakhir kita. Aku inget sama kata-kataku ‘tapi bila nanti kau tlah temukan yang lebih baik, janganlah kau sesali keputusanmu itu, takkan ada aku lagi.’
Aku yakin kamu udah nemuin yang lebih baik dari aku, dia yang lebih ada segalanya. Aku sadar kok, aku ini nggak ada apa-apanya dibanding dia. Kamu pantes sama dia, bukan aku. Kamu salah kalo kamu bilang jodohmu itu aku.
Aku juga bodoh, nungguin orang yang nggak pernah bisa sayang sama aku. Jadi buat apa dong slama ini aku nungguin orang yang nggak pernah bisa suka sama aku? :’D
Ternyata seperti ini rasanya cinta. Mereka bohong kalau cinta itu indah. Cinta bahkan lebih menyakitkan dari yang aku kira. Sekarang aku mengerti apa cinta yang sebenernya, itu karna kamu yang buatku mengerti :’)
Sekarang aku ikhlas kok, aku udah relain orang yang aku sayang, pergi sama orang yang dia sayang. Aku bukan Tuhan, bisa ngelarang dia buat nentuin apa yang udah jadi pilihannya. Aku juga nggak berhak ngelarang dia, buat suka sama orang lain, karna aku bukan siapa-siapa.
Aku sadar, aku nggak bisa paksain cinta ini. Mungkin aku salah udah mencintaimu. Atau lebih tepatnya, aku mencintai orang yang salah.
Biar waktu yang hapus semua kenangan kita. Biar airmata yang hapus semua rasa sayang ini. Meskipun hati berkata nggak bisa.
Aku yakin, di sana kamu juga udah bisa dengan gampang lupain aku.
Aku memang terlanjur mencintaimu, dan aku nggak pernah nyesel pernah sayang sama kamu. Aku seneng sempet ada di hatimu. Sekali lagi, meskipun kamu nggak pernah bisa sekalipun mencintai aku.
Makasih ya, buat semuanya :)
27 March 2012
Love you,
Basta
(10012012)
0 comments: