Keraguan di Balik Hujan
Posted in @atikarahmaa, antara kita dan hujan, Cerpen, karya Atika Rahma F
Doc. Jan 2014
Bagiku cinta itu seperti
Januari yang selalu identik dengan butir-butir dingin yang selalu menggigilkan
tubuh di segala waktu. Selalu datang tanpa di minta, pun jika inginkan berhenti
tanpa berucap sebelumnya. Cinta itu ambigu, sama tidak jelasnya dengan perasaan
yang kurasakan tanpa pernah bisa kutemui penghujung atas rasa cinta yang semu.
Lelaki itu, begitu tega...
**
“Beri aku alasan mengapa kau begitu membenci hujan.”
Aku tersentak. Kuhentikan gerak lembut sepasang kakiku yang menempias dinginnya
telaga yang sesekali mencipta gemerincik yang memecah keheningan. Bila kupikir,
sudah hampir setiap sore kuhabiskan masa-masa melarung rindu bersamanya di
bawah atap langit Magelang yang merekahkan merona jingga pada cakrawala barat.
Kutatap lagi mata indah itu, meski harus kusadari, ia yang telah terlebih dulu
menjatuhkan pandangannya pada sayu mataku—sangat tajam, aku terpaku.
“Karena hujan begitu ambigu,” jawabku, seakan layu.
Ia tak segera menjawab. Bahkan kupandangi melalui ekor mataku, tatapannya
berubah tak memandangku melainkan memaku pandangan pada bebek air yang telah
menyisir telaga Bleder ini melalui poros-porosnya. Memang, akan selalu indah
bila berdua dengan orang yang dicintai seperti sepasang mata itu. Terlihat dari
caranya menggurat senyum dan mengumbar tawa yang bukan sederhana, namun
istimewa. Kuyakin mereka bahagia. Sangat bahagia. Tak seperti yang kurasa.