Saturday, February 6, 2016

0

Menuju Raksasa Dunia Berbasis Ekonomi Kreatif dengan Sumber Daya Manusia Berkualitas Tinggi

Posted in , , , , , , , ,

Asean Economic Community [pict from Google]

Menurut Faisal Basri, syarat negara maju; struktur ekonomi tangguh, perekonomian berdaya saing, sumber daya manusia yang berkualitas, ketersediaan insfrastruktur, dan kemampuan pembiayaan pembangunan. Indonesia mulai mengantongi beberapa syarat, namun membutuhkan beberapa pemikiran cemerlang dalam menyusun strategi agar tak salah jalan. Terutama dalam hal pengelolaan sumberdaya manusia (SDM).

Indonesia memiliki peluang besar menjadi negara maju pada tahun 2025-2030. Cukup menarik, karena Indonesia memiliki tiga pilar utama, yaitu SDM, Industri, dan Pertanian. Sudah tersedia cukup luas sektor industri dan pertanian, masalahnya terletak pada bagaimana menjadikan SDM unggul dalam mengolah kedua pilar lain yang dapat mendongkrak Indonesia agar sejajar dengan negara maju lainnya.

Namun, berpotensi saja tidak cukup. Indonesia punya visi, terkecuali menjadi nol jika tanpa implementasi. Setidaknya, untuk revolusi menujunegara maju, penduduknya harus  hidup modern merata, perusahaan-perusahaan masuk dalam fortune 500 companies.

Pendidikan merupakan jembatan menuju terpenuhinya kualitas sumberdaya manusia itu.


Faktanya, di Indonesia, pendidikan tak merata. Beberapa daerah tak mengindahkan wajib belajar 9 tahun. Alasannya, karena perbedaan strata yang menonjol. Kesenjangan terjadi antara yang kaya dan miskin, hidup di kota dan di desa. Padahal kuncinya hanya terletak pada niat dan kemauan.

Pendidikan adalah wajib hukumnya meski ditilik dari segi manapun.

Bukan tak mungkin ketika sudah diberlakukan MEA, penduduk yang kurang berpendidikan akan kalah saing dengan pihak luar yang saat ini mendominasi SDA Indonesia. Banyak industri jalan di tempat. Jangan sampai rakyat menjadi budak di negeri sendiri. Langkah awal yang ditempuh adalah dengan meningkatkan kualitas SDM bukan kuantitasnya.

Pendidikan mampu membentuk karakter manusia, menjadi manusia yang aktif, komparatif, dan kompetitif. Sudut pandangnya luas; religi, politik, ekonomi, hukum, dan sosial-kultural. Dalam sudut pandang pertama, sudah tertuang dalam Pancasila sila teratas bahwasanya, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Segala sesuatu yang tidak didasarkan pada asas tersebut, sudah pasti akan gagal di garis start.

Namun, ekonomi merupakan kunci utama yang menjembatani Indonesia menjadi negara yang setara negara maju lainnya. Masalah yang saat ini mulai –namun agak seret— tertangani adalah bagaimana menaikkan nilai mata uang Rupiah terhadap Dollar. Cukup sulit, namun dengan melatih sumberdaya manusia menjadi pribadi berpendidikan yang berjiwa wirausaha penuh kreativitas,rakyat siap berkompetisi dalam ketatnya persaingan MEA.

Dalam pilar agraris, Indonesia pernah swasembada beras di tahun 1984. Namun sejak era reformasi hingga saat ini Indonesia justru masuk dalam daftar negara pengimpor beras terbesar. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah tingginya sikap konsumtif serta kurangnya pemanfaatan teknologi.

Menjadi negara ekonomi kreatif merupakan jalan yang tepat bagi Indonesia, karena berkontribusi terhadap pembangunan dan perekonomian nasional. Sistem ini diterapkan berbasis pendidikan mengenai warisan budaya, teknologi, dan inovasi. Maka, dengan adanya isu strategis; SDM berkualitas, industri kreatif, teknologi kompetitif, akan menciptakan iklim kondusif yang mengangkat kiprah bangsa Indonesia penuh rasa bangga.


Tentu hal-hal di atas dapat terlaksana apabila ada sinergi antara pemerintah sebagai fasilitator dan SDM sebagai penggerak SDA serta dua pilar lainnya. SDM berkualitas tanpa dinaungi pemerintahan yang benar juga sama saja, toh? Hilangkan dulu bandit-bandit ekonomi, atau yang datang nol tapi gaji pol. Itu bak kerikil-kerikil penghambat Indonesia menuju Raksasa Dunia.

0 comments: