Wednesday, December 23, 2015

0

Bulan Terbelah di Langit Amerika: "Ketika Keberadaan Islam Dipertanyakan"

Posted in , , , , , , , , ,
Poster Bulan Terbelah di Langit Amerika [sumber: google]


"He gave me this. He call it Alquran," ucap Sarah dalam video yang iarekam dan ia sebar melalui youtube, dengan lirih. Matanya sembab, manatap sayu kamera, sembari kedua tangannya memeluk erat Alquran yang katanya pemberian ayahnya, beberapa tahun lalu sebelum ia pergi meninggalkannya.

Sarah mengingat hari paling bahagia yang pernah ia jumpai, ternyata menjadi hari perpisahan dengan seseorang yang iacintai. Potongan kue ulang tahun, lilin yang menyala api, kebahagiaan yang hadir dari keluarga kecilnya. Ia bahagia mendapat itu semua. Ia bahagia, bahkan ia tak menyangka, semua doa yang keluar dari mulut ayahnya saat itu menjadi doa terindah yang tak pernah ia dengar lagi selanjutnya.

"After that day, their world had changed"

Tragedi 11 September 2001 di World Trade Center, Amerika Serikat yang menewaskan sedikitnya 3000 orang dan ratusan diantaranya adalah muslim telah mengambil alih perhatian dunia. Ayah Sara, Ibrahim Hussein, dituduh terlibat dalam peristiwa tersebut, sebagai seorang teroris. Azima Hussein (Rianty Cartwirght), istrinya, menyangkanya demikian, karena terakhir ia mendapatkan suaminya sedang menelepon dengan gerak-gerik aneh, dan menyinggung soal paket. Bahkan ia sempat mengatakan ini adalah jalan terbaik yang harus iatempuh. Barangkali ini juga menjadi pertemuan terakhirnya, karena ia sedang melakukan suatu pekerjaan mulia.

Saat dikabarkan Ibrahim/Abe menjadi salah satu korban dan dituduh sebagai seorang teroris, kehidupan Azima berubah. Ia yang berbangga hati menjadi seorang muslim yang menutup seluruh auratnya, kemudian mulai kehilangan kebanggan itu dengan melepasnya, dan mengganti namanya menjadi Julia Collins.


Hanum (Acha Septriasa) sebagai reporter/wartawan ditugaskan oleh Gestrude untuk membuat reportase provokatif mengenai "Would the World be better without Islam?" yang mengantarkannya menuju New York, yang pada saat itu kebetulan Rangga (Abimana Aryasatya) juga ditugaskan oleh profesornya sebagai syarat S3 untuk mewawancarai milyuner dan philantropi Amerika bernama Philipus Brown.

Demi melancarkan tugasnya, mereka meminta bantuan temannya Stefan (Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine (Hannah Al Rasyid) yang kebetulan tinggal di Amerika.

Petualangan mereka bermulai, ketika Hanum dan Rangga mengunjungi Ground Zero, tempat runtuhnnya gedung WTC akibat peristiwa itu, yang sekarang menjadi tempat bersejarah, untuk mendoakan ribuan nyawa yang telah hilang. Hijab yang menutupi auratnya itu tak pelak menciptakan kontroversi di tempatnya berpijak. Ia merasa ada yang tak suka dengan kehadirannya.

Film ini diadaptasi dari kisah menegangkan, dari judul novel yang sama.


Bulan Terbelah di Langit Amerika 

by Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra 
4.20 · Rating Details · 976 Ratings · 183 Reviews 

Amerika dan Islam. Sejak 11 September 2001, hubungan keduanya berubah. Semua orang berbondong-bondong membenturkan mereka. Mengakibatkan banyak korban berjatuhan; saling curiga, saling tuding, dan menyudutkan banyak pihak. Ini adalah kisah perjalanan spiritual di balik malapetaka yang mengguncang kemanusiaan. 

Kisah yang diminta rembulan kepada Tuhan. Kisah yang disaksikan bulan dan dia menginginkan Tuhan membelah dirinya sekali lagi sebagai keajaiban. Namun, bulan punya pendirian. Ini untuk terakhir kalinya. Selanjutnya, jika dia bersujud kepada Tuhan agar dibelah lagi, itu bukan untuk keajaiban, melainkan agar dirinya berhenti menyaksikan pertikaian antarmanusia di dunia. 

“Apa? Wajah Nabi Muhammad junjunganku terpahat di atas gedung ini? Apa-apaan ini! Penghinaan besar!” seruku pada Julia. Mataku hampir berair menatap patung di dinding Supreme Court atau Mahkamah Agung Amerika Serikat, tempat para pengadil dan terhukum di titik puncak negeri ini. 

“Jangan emosi. Tak bisakah kau berpikir lebih jauh, Hanum? Bahwa negeri ini telah dengan sadar mengakui Muhammad sebagai patron keadilannya. Bahwa Islam dan Amerika memiliki tautan sejarah panjang tentang arti perjuangan hidup dan keadilan bagi sesama. 

“Akulah buktinya, Hanum.” Kisah petualangan Hanum dan Rangga dalam 99 Cahaya di Langit Eropa berlanjut hingga Amerika. Kini mereka diberi dua misi berbeda. Namun, Tuhan menggariskan mereka untuk menceritakan kisah yang dimohonkan rembulan. Lebih daripada sekadar misi. Tugas mereka kali ini akan menyatukan belahan bulan yang terpisah. Tugas yang menyerukan bahwa tanpa Islam, dunia akan haus kedamaian. 

[sumber: goodreads.com]


Resensi:


Dialog yang digunakan adalah Inggris dan Indonesia, karena setting yang jelas terletak di Indonesia dan Amerika. Rizal Mantovani jago membuat film-film inspirasi yang mengundang emosi dan terkadang tegang.

Pemilihan karakter yaitu sebagian pemeran di film 99 Cahaya di Langit Eropa yang sudah mumpuni dalam memerankan karakter masing-masing. Penjiwaan yang luar biasa, ditambah dengan kelihaian masing-masing dalam menggunakan bahasa asing.

Saya sebelumnya yang hanya melihat Nino Fernandez di ftv dan sinetron biasa, saat ini menjelma menjadi sosok yang berbeda. Dikemas dengan cool, dan dapat sekali perannya sebagai warga Amerika dengan segala attitude-nya di sana.

Rizal dalam penggarapan animasi ketika pesawat menabrak gedung WTC sudah apik, hanya saja saya agak kurang suka dengan animasi asap yang menyembul, masih terkesan hanya tempelan dan membuat saya teringat dengan sinetron-sinetron di channel sebelah dengan animasinya yang super morat-marit.

Namun itu hanya kerikil kecil yang tak berpengaruh besar terhadap keseluruhan cerita.

Benar apabila dibandingkan dengan film sebelumnya, 99 Cahaya di Langit Eropa, yang lebih menekankan pada pengenalan Islam dengan diperkenalkannya budaya dan keindahan Eropa, bagaimana Islam masuk di saat peradabannya, mengenal jejak Islam yang sebangun dengan Da Vin Ci. Di sana penonton bagai di ajak untuk berkeliling di bawah indahnya langit Eropa.

Sedangkan pada film ini, lebih menekankan pada filosofi. Hanum ingin mempertahankan kebanggaannya terhadap Islam walau berada di tempat yang menentang keberadaannya sekalipun. Ia yakin bahwa Islam itu "Rahmatan il alamin." Rahmat Allah yang mendatangkan kedamaian.

Sangat banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari setiap adegan.

Contoh kecilnya saat pertemuan Hanum dengan Azima di rumah Azima. Kesalah-alamatannya mengantarkannya pada suatu bencana kecil. Ya, ia dimaki oleh seorang pria yang menjadi keluarga korban peristiwa WTC 2001 itu. Katanya, orang berhijab sepertinya hanya mampu berbuat kerusakan.

Kehadirannya pun sempat tidak diinginkan oleh Azima, namun perlakuannya, seperti ketika ia meyakinkan pria pemarah tadi untuk tetap menerima kue dari Azima, walau sebelumnya ia menolak untuk menerima karena sekali lagi, Azima adalah bagian dari teroris itu. Namun Hanum meyakinkannya dengan berkata, "Islam mengajarkan kami untuk berbuat baik,"

Hanum yakin, bahwa keyakinannya juga Azima, sangat berpengaruh besar terhadap dunia. Bagaimanapun mereka harus tetap mempertahankannya. Rahmatan lil alamin. Hablum minannas, hablum minallah.

Ada pelajaran lagi yang dapat diambil. Bahwa kita -sebagai seorang wanita- memang lebih baik untuk menuntut pendidikan tinggi, namun jangan pernah lekang bahwa kewajibannya adalah menjadi istri yang baik bagi suaminya. Ia harus patuh terhadap perintah suaminya. Jangan pernah jadi pembangkang dalam rumah tangga.

Oh iya, tentang hubungan Stefan dan Jasmine, mereka sudah berhubungan jauh sebelum menikah. Memang attitude orang sana begitu, namun bahagialah seharusnya dalam Islam kita tidak DIPERBOLEHKAN demikian. Karena Allah lebih sayang kita, daripada apapun di dunia.

Pemilihan karakter baik artis Indonesia maupun Amerikanya sendiri sangat memuaskan. Apalagi watak Abimana yang saat memerankan begitu suami-able. Idaman, memang. Nggak beda jauh sama karakter Fedi Nuril-lah. Karakter Janet sebagai asisten Philipus Brown pun sungguh mumpuni walau ia sendiri bukan warga Amerika, namun Malaysia.

Hanum sendiri akhirnya berhasil meyakinkan penonton, terutama AKU sebagai seorang muslim, agar terus merasa bangga sebagai seorang muslim. ISLAM MEMANG PATUT UNTUK DIBANGGAKAN.

Ending yang top, dibalut dengan kedamaian seiring dengan quotes yang muncul dari bibir Hanum, ditambah dengan suasana indah New York. Memang sepertiga film terakhir sudah berhasil membuatku meneteskan air mata. Alur yang memperlihatkan bagaimana jawaban dari teka-teki akankah benar Ibrahim Hussein adalah salah satu teroris penyebab peristiwa yang membuat Amerika bergemuruh itu?

Jawabannya memang menyesakkan.

Islam itu berarti damai. Dunia tanpa Islam itu ibarat dunia tanpa kedamaian. Jadi, salah apabila mereka mengartikan dunia akan lebih baik tanpa Islam. Karena dunia justru menjadi lebih baik apabila ada Islam.


Sekali lagi karena Islam itu damai.


RECOMMENDED FOR YOU WHO LOVES ISLAM! PROUD TO BE MOSLEM!

4,5/5


Semarang, 23 Desember 2015 01.00 WIB.

0 comments: