“Izinkan Aku Pergi”
Posted in cerita, Flash Fiction, Januari, last ten first love
Wednesday, 9th January 2013
Aku
menyesal. Ada satu hal yang perlu kamu ketahui. Aku menyesal masuk dalam
permainan ini. Bahkan sampai saat ini aku tak tahu bagaimana cara mengakhiri.
Kau harus tahu mengapa aku bersikap
seperti ini. Dan aku percaya kau juga merasakannya. Kau terlalu baik untuk
kuabaikan, atau salahku yang terlalu perasa?
Aku ingin menyentuhmu. Namun
tanganku seolah kaku. Aku ingin memanggil namamu, namun bibir ini terasa kelu. Aku
juga ingin menjadi yang pertama kaubutuhkan saat masalah datang padamu. Mengapa
saat pertemuan itu, waktu terasa bergerak lebih cepat? Sehingga tak ada sela
untuk kita saling mengungkap rasa.
Siapa
yang bisa kusalahkan? Waktu? Takdir? Kamu? Bahkan kau datang di saat yang tak
tepat. Saat hatiku telah bergemuruh. Saat hatinya pun meluruh.
Kau tahu? Aku dan kamu seperti air
dan minyak, berdekatan namun tak bisa menyatu. Sanggah pernyataanku bila memang
itu salah. Atau selama ini aku salah mengartikan rasa yang ternyata hanya bombastis saja? Atau selama ini yang
terjadi di antara kita hanya guyonan semata? Kalau memang begitu mengapa aku
merasa tak ada yang lucu dengan semua itu? Atau kau menganggapku hanya pelarian
sama seperti apa yang telah dia lakukan? Iya?
Kalau semua itu benar, aku takkan
ragu mengatakan bahwa semua laki-laki sama saja.
Kau beri rasa yang berbeda.
Kaujadikan semua seperti nyata. Namun aku ingin semua menjadi mimpi. Aku ingin
semua hanya sekedar ilusi. Karena kutahu kita tak mungkin bersama. Kutahu kita
seperti langit dan bumi yang jauh berbeda. Izinkan aku mencari sepasang sayapku
lagi, bila memang kau datang hanya untuk mematahkan sebelah sayapku.
Izinkan aku mencari kehidupanku sendiri,
bila memang kehadiranmu hanya membuat semua semakin
kelam. Aku hanya tak ingin terluka, untuk kesekian kalinya; untuk alasan yang sama.
kelam. Aku hanya tak ingin terluka, untuk kesekian kalinya; untuk alasan yang sama.
0 comments: