tiada lagi kita
Posted in galau, my storylampion |
Justru
disaat seperti ini, saat kusandarkan tubuhku lemas dan menatap ke arah luar
kaca mobil dengan pandangan kosong. Aku merasa seperti ada yang mencoba
mengais-ais memory di otakku, yang sebenarnya tak ingin aku ingat-ingat lagi.
Kuperhatikan
sekali lagi, jalan itu, lampu-lampu di sepanjang jalan itu, dan bahkan
rintik-rintik hujan yang membasahi jalan itu. Bagaimana bisa aku lupa dengan
semua ini?
Lalu aku
merasa seperti ada yang memperlihatkanku skenario singkat antara dua pasang
mata. Terlihat dari caranya menjaga agar orang yang ada di belakangnya tak
tersentuh dari derasnya hujan yang membekukan malam itu. Terlihat dari caranya
berjuang untuk kekasihnya, antara kehujanan atau terlambat pulang. Maupun dari
caranya berkorban, untuk orang yang dicintainya, agar dia selamat, tanpa peduli
seperti apa keadaannya saat itu.
Mereka
itu kita. Saat pertama kali kamu menunjukkan rasa pedulimu terhadapku. Aku
merasa bersalah, membiarkanmu dihantam dinginnya semburan air hujan hanya untuk
menghindarkan aku dari amarah
Ayah.
Namun
skenario itu perlahan hilang, tersadar bahwa itu hanya lamunan sesaatku.
Entah apa
yang membuatku mengingat saat-saat itu. Terlebih saat mata itu tak sengaja
menangkap sebuah tempat, bukit, dan kembali mengingatkanku saat pertengahan
Januari lalu. Saat pertama kali kau labuhkan tanganmu ke pundakku, dan kau
jadikan sore itu milik kita. Namun bayangan itupun semakin memudar, seiring
dengan alunan lagu Apa Salahku dari d’Masiv yang sesekali diputar dan memaksaku
mengingat kejahatan-kejahatan yang pernah kamu lakukan dulu. Tega.
Aku baru
menyadari, tak pernah ada cinta di antara kita, atau lebih tepatnya tak pernah
ada balasan untuk cintaku. Hanya cinta semu yang kau beri untukku.
Aku memang
terlalu bodoh untuk mengerti ini terlalu cepat. Aku memang bodoh yang tak
pernah memahami arti cintamu yang hingga pada akhirnya semua berbalik dengan tiba-tiba, tanpa aku sadari apa yang telah merubah
keadaannya.
Aku
seperti berada di sisi yang terancam. Terlebih saat aku tau, kau lebih memilih
pergi ke sisi yang lebih ada segalanya, dan meninggalkan aku, yang lebih
membutuhkanmu. Hingga akhirnya aku terjatuh begitu dalam dan kau masih tak
peduli. Tak perlu kau tanya siapa yang paling tersakiti.
Terimakasih
untuk luka yang kau beri. Karena itu, aku mengerti arti cintamu yang
sesungguhnya. Karena itu, aku mengerti bahwa cintamu tak pernah ada untukku.
Karena itu juga, aku mengerti siapa yang sebenarnya ada di hatimu, dan karena
itu, aku mencoba pergi agar tak ada lagi yang bisa menghalangimu mencari apa
yang hatimu mau. Jangan pernah tanyakan apa yang aku rasakan, karena kamu
takkan pernah mengerti.
Perlahan,
kristal bening ini terjatuh di pipiku. Baru kali ini aku mencoba hal terberat,
untuk merelakan orang yang ku cintai, untuk lebih memilih orang yang
benar-benar dia anggap bisa mengisi kekosongannya. Perlahan juga, tangan halus ini
mengusap butiran bening yang menetes di pipiku. Biarlah semua ini menjadi
kenangan, antara aku dan kamu. Dan biarlah bulan sabit ini yang menjadi saksi.
Dan bila suatu saat kau juga memandangnya, aku harap dia membisikkan padamu bahwa di sini aku mencoba tersenyum untuk mengenang kisah kita.
0 comments: