Menuju Raksasa Dunia Berbasis Ekonomi Kreatif dengan Sumber Daya Manusia Berkualitas Tinggi
Posted in articles, ekonomi kreatif, Indonesia, Indonesia 5 tahun ke depan, karya Atika Rahma F, MEA, Presiden Joko Widodo, Raksasa Dunia, Sumberdaya ManusiaAsean Economic Community [pict from Google] |
Menurut Faisal Basri, syarat negara maju; struktur
ekonomi tangguh, perekonomian berdaya saing, sumber daya manusia yang
berkualitas, ketersediaan insfrastruktur, dan kemampuan pembiayaan pembangunan.
Indonesia mulai mengantongi beberapa syarat, namun membutuhkan beberapa
pemikiran cemerlang dalam menyusun strategi agar tak salah jalan. Terutama
dalam hal pengelolaan sumberdaya manusia (SDM).
Indonesia memiliki peluang besar menjadi negara maju
pada tahun 2025-2030. Cukup menarik, karena Indonesia memiliki tiga pilar
utama, yaitu SDM, Industri, dan Pertanian. Sudah tersedia cukup luas sektor
industri dan pertanian, masalahnya terletak pada bagaimana menjadikan SDM
unggul dalam mengolah kedua pilar lain yang dapat mendongkrak Indonesia agar
sejajar dengan negara maju lainnya.
Namun, berpotensi saja tidak cukup. Indonesia punya
visi, terkecuali menjadi nol jika tanpa implementasi. Setidaknya, untuk
revolusi menujunegara maju, penduduknya harus
hidup modern merata, perusahaan-perusahaan masuk dalam fortune 500 companies.
Pendidikan merupakan jembatan menuju terpenuhinya
kualitas sumberdaya manusia itu.
Faktanya, di Indonesia, pendidikan tak merata.
Beberapa daerah tak mengindahkan wajib belajar 9 tahun. Alasannya, karena
perbedaan strata yang menonjol. Kesenjangan terjadi antara yang kaya dan miskin,
hidup di kota dan di desa. Padahal kuncinya hanya terletak pada niat dan
kemauan.
Pendidikan adalah wajib hukumnya meski ditilik dari
segi manapun.
Bukan tak mungkin ketika sudah diberlakukan MEA,
penduduk yang kurang berpendidikan akan kalah saing dengan pihak luar yang saat
ini mendominasi SDA Indonesia. Banyak industri jalan di tempat. Jangan sampai
rakyat menjadi budak di negeri sendiri. Langkah awal yang ditempuh adalah
dengan meningkatkan kualitas SDM bukan kuantitasnya.
Pendidikan mampu membentuk karakter manusia, menjadi
manusia yang aktif, komparatif, dan kompetitif. Sudut pandangnya luas; religi,
politik, ekonomi, hukum, dan sosial-kultural. Dalam sudut pandang pertama, sudah
tertuang dalam Pancasila sila teratas bahwasanya, “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Segala sesuatu yang tidak didasarkan pada asas tersebut, sudah pasti akan gagal
di garis start.
Namun, ekonomi merupakan kunci utama yang
menjembatani Indonesia menjadi negara yang setara negara maju lainnya. Masalah
yang saat ini mulai –namun agak seret—
tertangani adalah bagaimana menaikkan nilai mata uang Rupiah terhadap Dollar.
Cukup sulit, namun dengan melatih sumberdaya manusia menjadi pribadi berpendidikan
yang berjiwa wirausaha penuh kreativitas,rakyat siap berkompetisi dalam
ketatnya persaingan MEA.
Dalam pilar agraris, Indonesia pernah swasembada
beras di tahun 1984. Namun sejak era reformasi hingga saat ini Indonesia justru
masuk dalam daftar negara pengimpor beras terbesar. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor, di antaranya adalah tingginya sikap konsumtif serta kurangnya
pemanfaatan teknologi.
Menjadi negara ekonomi kreatif merupakan jalan yang
tepat bagi Indonesia, karena berkontribusi terhadap pembangunan dan
perekonomian nasional. Sistem ini diterapkan berbasis pendidikan mengenai
warisan budaya, teknologi, dan inovasi. Maka, dengan adanya isu strategis; SDM
berkualitas, industri kreatif, teknologi kompetitif, akan menciptakan iklim
kondusif yang mengangkat kiprah bangsa Indonesia penuh rasa bangga.
Tentu hal-hal di atas dapat terlaksana apabila ada
sinergi antara pemerintah sebagai fasilitator dan SDM sebagai penggerak SDA
serta dua pilar lainnya. SDM berkualitas tanpa dinaungi pemerintahan yang benar
juga sama saja, toh? Hilangkan dulu
bandit-bandit ekonomi, atau yang datang nol tapi gaji pol. Itu bak
kerikil-kerikil penghambat Indonesia menuju Raksasa Dunia.
0 comments: