Thursday, November 3, 2011

0

I wonders, will I be yours?

Posted in
         Entah apa yang membuatku melangkahkan kaki dengan pelan. Tawa ringan masih sempat kurasakan pagi ini. Pandanganku menelusuri kearah langit luas, ke arah awan yang tanpa ditemani matahari. Tak seperti biasanya. Namun, ada yang membuatku berhenti tertawa dan berhenti memandangi awan mendung. Seseorang yang sedang berdiri di ujung mata ini. Seseorang yang telah lama menginap di hatiku. Seseorang yang hampir membuatku gila karena menunggunya mengatakan bahwa dia juga suka denganku. Dan dia berhasil membuatku masuk ke daftar cewek tergoblok karena menginginkan cowok seganteng dia. Iya, aku sadari itu.
        Kembali perasaan GR selalu datang membayangiku, setelah aku merasa dia berbalik memandangku. Pandangan yang sering aku lihat darinya. Tapi kemudian aku melirik ke sosok di sebelahku, aku bertannya-tanya, "atau selama ini dia memandang bukan kearahku?"
Aku tidak kuat memandangnya lama, aku takut pandangan itu bukan untuk aku. Kemudian aku memandanginya sekali lagi. Dia sudah menghadap yang bukan ke arahku. Memang benar dugaanku.
Sedikit penyesalan membuatku telah sampai di depan kelasku. Aku berjalan mendekati jendela kelasku. Aku melihatnya lagi. Dan kau tau? Aku selalu menyebutnya 'sarapan pagi' untukku agar semangat menerima pelajaran-pelajaran yang hampir membuatku menguap berkali-kali, karena aku telah melihatmu.
       Aku masih ragu, kenapa harapan kosong ini masih saja bertahan sedangkan tak ada jawaban dari semua harapan-harapanku. Akuberfikir sejenak. Masih ada waktu.





     Aku sedikit berat hati untuk keluar dari kelas membeli kertas gambar, sedangkan laptop yang bahkan baterrynya tinggal beberapa persen yang nantinya akan dibuat presentasi sedang dipinjem temenku untuk mengedit tugas miliknya. Tapi kaki ini seperti memaksaku.
    Aku berjalan cepat ke arah koperasi yang jaraknya bermeter-meter, melewati lorong-lorong kelas, suara gaduh siswa kelas 3, pinggang yang nyeri gara-gara penilaian lari beratus-ratus meter kemarin, yang membuatku berjalan sempoyongan. Di tambah dengan semua anak kantin yang menatapku dengan pandangan  yang tidak enak dilihat. Hm, hela nafas pelan-pelan.
    Sampai di koperasi 'Mardi Utomo'. Tak ada lima menit aku singgah di sana, hanya untuk membeli selembar kertas gambar. Kemudian aku berbalik dan menuruni 2 anak tangga, dan hampir saja membuatku menabrak punggung yang begitu tinggi. Aku berfikir sejenak, kemudian kutatap punggung itu sekali lagi. Dia, dia yang ku sebutkan di atas. Dia yang membuatku kembali ingin menabrakkan diri ke punggungnya, dia juga yang membuatku berjalan terus karena malu.
    Namun telingaku sedikit merasa gatal, karena seorang cewek memanggilnya dengan keras tepat di depan telingaku. Dia berteriak dengan menyantumkan namaku dan namanya (cowok itu), Kemudian ku tatap cewek yang bahkan sama sekali aku tak mengenalnya. Tapi dia kenal cowok itu. Dia bilang bahwa cowok itu dicari aku.  Aku bertanya untuk pertanyaan kedua, "Apa artinya."
     Kemudian, hampir saja aku memukul kepalaku dengan botol sprite yang dijual di kantin sekolahku, saking gobloknya aku, tidak sadar kalau yang namanya sama dengan namaku bukan aku doang. Aku bodoh. Mungkin yang dia maksud bukan aku. Iya, bukan untuk aku!
    Kembali perasaan menyesal, gundah, bahkan galau sedang berkecamuk dalam otakku. Aku hanya mengharap, aku masih ada dihatinya. Setidaknya, dia masih mengenalku.
    Ingin rasanya menangis, tapi bukan dihadapan teman-temanku. Bahkan langit sekarang ikut merasakan apa yang aku rasakan. Bahkan dia mendahului menangis daripada aku. Bahkan dia menangis lebih deras daripada aku. Aku, setetes airmatapun belum keluar dari mataku. Dingin yang merasuk hingga ke kulit bagian endodermisku ini membuatku merasa benar-benar seperti tokoh utama yang sedang dalam sesi klimaks, tanpa penyelesaian.
     Aku berjalan keluar, mencari angin, melihat tetesan-tetesan air hujan yang membasahi setiap motor yang diparkir di belakang kelas-kelas. Tapi aku hanya ingin mencari dirinya. Dan aku melihatnya. Dia sama denganku, melihat butiran-butiran air hujan yang mengalir di hadapan kita. Aku terus memandanginya. Terus, dan dia melihatku. Namun aku langsung menundukkan kepala dalam-dalam. Dan kemudian mengangkatnya lagi. Dan, kau menghilang.




Bersambung...

0 comments: