Friday, March 7, 2014

0

Matahari dan Langit itu Jodoh

Posted in ,
Matahari dan Pohon Langit itu Jodoh
Feb 2014



Sumber gambar: http://rezalize.tumblr.com/post/2576580684/ingin-rasanya-aku-berhadapan-dengan-matahari



Mungkin kau tak pernah tahu sejak kapan semua ini bermulai. Yang perlu kau tahu hanyalah harus selalu waspada jika suatu saat nanti akan kau temui goresan-goresan tangan yang tersirat tentangmu. Maaf jika kau akan selalu hadir dalam setiap kisah yang kupersembahkan kepada mereka—siapa saja yang akan menyediakan mata untuk membacanya, karena aku begitu kesulitan mencari tempat untuk menumpahkan semua cerita—yang tulus dari hati—selain di sini saja, pun agar kau memahaminya.

    Walau kurasa semua itu tak mungkin.

    Ya, Matahariku. Bolehkah kusebut kau dengan nama itu? Karena jujur saja, ketika melihatmu rasa dingin di kepalaku perlahan tercairkan. Kaulah satu-satunya sumber kebahagiaan. Kau yang paling terang di antara sesamamu di sana. Kau menghangatkan hatiku yang beku. Iya, kau, Matahariku.

    Mungkin akan terdengar lucu, seorang makhluk aneh sepertiku akan memimpikan pria seistimewa dirimu. Apa kau juga merasakan keanehan? Aku wanita payah sedang mencoba mengagumimu, Matahariku?

    Kau boleh menyebutku; Pohon.

    Pohon tak pernah tidur, ia akan selalu bernapas dan berkembang. Sepertiku, yang tak pernah berhenti memikirkanmu, mencarimu, lalu mencoba melupakanmu. Walau hal itu adalah tak mungkin karena pohon tak akan pernah bisa melupakan matahari—yang selalu memberinya kekuatan. Pohon akan selalu membutuhkan matahari, pohon akan mati tanpa kekuatan cinta matahari, sepertiku yang selalu membutuhkanmu.

    Lalu kusebutnya dia; Langit.

    Langit dan matahari selalu bersama, walau malam kau tak lagi tampak, namun semua tak mengurangi rasa setiamu kepadanya—yang kemudian kusebut itu kehancuran. Pohon memang tak pernah terluka bila melihat langit dan matahari selalu bersama. Karena ia rasa, keduanya sama-sama membuatnya tetap hidup—walau terabaikan.

    Aku akan tetap hidup, Matahariku. Aku akan tetap berkembang dan mencoba tak layu demi melihatmu bahagia bersamanya. Kurasa Langit dan Matahari tak pernah akan terpisah, kalau bukan Tuhan yang menginginkannya. Kuyakin Tuhan pun inginkan kalian terus bersama, sampai dunia ini hancur—bila tiba waktunya nanti.

    Aku hanya bisa melihatmu sebelum malam tiba, namun langit akan sepenuhnya bisa memilikimu. Walau terkadang mendung menjadikanmu hilang, belum lagi awan yang membuatku terhalang untuk dapat sekadar memandangmu dari jauh.

    Matahariku, kau akan tetap menerangi pagi, siang, soreku, bukan? Selebihnya kan kurelakan sepenuhnya kau bersamanya. Karena memang kebahagiaanmu ada padanya, yang mencintaimu, menemanimu, membahagiakanmu; bukan denganku—yang bisa layu dan mati kapanpun bila kau tak lagi menguatkanku.

    Matahariku, tersenyumlah kepadaku sekali saja. Kurasa itu akan cukup membuatku bahagia—walau sementara, dan akan pudar kapan saja, dan menghilang—tanpa pernah bisa kumemintanya kembali.

    Karena matahari dan pohon tidak ditakdirkan untuk saling memiliki.

    Kau dan aku, hanya dua insan yang saling bersimpangan. Tak saling mengenal namun sanggup menguatkan. Kau, Matahariku.




Just like the tree under the sun,
It will die when you stop encourage it in all the way.


Me.

0 comments: