Saturday, July 13, 2013

0

Roti Selai Stroberi-begitu katamu

Posted in , , , , ,
Wednesday, July 3, 2013  15:27

Terpaku dengan secarik kertas putih. Tergenggam pensil kecil dan aku mulai melukis.
            Aku perlu tahu, apakah kenangan-kenangan itu masih terukir jelas diingatannya, seperti apa yang sedang kukenang saat ini? Masihkah dia menempatkanku pada salah satu orang terpenting di hidupnya? Karena aku pun begitu.
            Lihatlah, tanpa kita sadari, kau dan aku dipertemukan di tempat yang sama. Tempat di mana kau dan aku sama-sama belum merasakan kebahagiaan yang nyata.
            Dan bagaimana waktu telah mempersatukan kita sebagai sahabat.
            Aku melukiskan apa yang ingin kulukis. Gambar itu begitu mengingatkanku saat kita bersama-sama. Saat hujan tiba, dan kita terperangkap pada tempat yang bukan rumahku ataupun rumahmu. Kau merentangkan payungmu dan mengajakku pulang. Andai kautahu, saat itu aku benar-benar merasa nyaman meski di bawah derasnya hujan. Karena ada kamu, yang membawaku pulang.
            Aku mengingat sebagian kenangan-kenangan yang kita lalui bersama. Maafkan aku yang tak bisa mengingat semua.
            Saat itu aku melihatmu begitu asik dengan teman-temanmu, bermain Mario Bross. Dan saat itu di mana aku menghabiskan banyak waktu berada di rumahmu. Meskipun akhirnya aku terabaikan, dan pulang.
            Lalu suatu hari, aku duduk sendiri di tempat seluncur yang terbuat dari semen yang menjadi tempat bermainku setiap hari. Kau datang, membawa sepotong roti dan duduk menyebelahiku.
            “Mau roti?” katamu.
            “Roti apa itu?”
            “Roti selai stroberi. Enak.”
            Aku menggeleng pelan, “kamu saja yang makan.”
            Kau yang pertama kali mengenalkanku pada roti dengan selai merah tua yang manis. Semanis persahabatan kita. Lalu aku tersenyum, melihatmu melahap habis rotimu.
            Yang kuingat, kau dan aku tak sering menghabiskan waktu bersama. Namun yang selalu kuingat, kau mampu menciptakan kenangan manis yang begitu sulit untuk kulupakan. Saat pertama kalinya di hidupku, aku mempunyai sahabat laki-laki yang membuat hidupku semakin berarti. Maafkan aku, yang kemudian pergi dan sempat melupakanmu.
            Hingga sampai saat perpisahan itu. Kau dan aku benar-benar tidak bertemu. Kita tak sempat mengucap perpisahan. Kau di sana, dan aku yang pergi.
            Sampai saat ini, kita tak lagi memberi kabar. Persahabatan kita hilang seketika. Dan tak mungkin lagi ada.
            Aku meletakkan gambarku. Lalu kuraih handphone di hadapanku. Entah apa yang bisa kulakukan dengan nomor itu. Aku ingin mengirim pesan namun aku sama sekali tidak berani. Mengapa setelah bertahun-tahun yang lalu, baru sekarang aku menemukan secercah harapan untuk mengetahui kabarmu? Dan mengapa saat semua itu tiba, aku tak pernah berani untuk mengungkapkannya?
            Kututup nomor itu, dan kemudian aku menembus dunia maya yang beberapa menit lalu kuarungi. Lihatlah apa yang saat ini ada di depan mataku, pria tampan yang kini telah dewasa. Pria manis yang pernah kukenal dulu. Sesekali aku membaca tulisan-tulisan yang iatulis di jejaring social. Ia sama sepertiku; suka menulis.
            Sebaris kata-kata yang kautulis beberapa tahun lalu. Tentang duniamu yang baru. Dan seseorang yang kautemui hingga menghadirkan rasa yang tak asing untukmu. Ya, wanita beruntung yang bisa menjadi teman hari-harimu.
            Aku bahagia membacanya. Sangat bahagia. Kau yang dulu begitu polosnya telah mengerti arti cinta. Kau yang dulu sangat lucunya, telah menemukan wanita idaman.
            Aku ingin kembali mengenalmu.
            Apakah ini saat yang tepat untukku kembali mengingatkan persahabatan manis yang dulu sempat hilang? Apakah ini hal yang benar bila aku ingin kembali menjadi sahabatmu seperti waktu itu?
            Aku tak yakin. Bahkan untuk memulainya pun aku tak berani.


            Karena kamu bukan lagi anak kecil yang kukenal dulu.

0 comments: